Sejarah Agama Yahudi
YAHUDI
Disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah
Sejarah Agama-Agama
Dosen Pengampu:
Dr. Ustadzi Hamzah, M.Ag
Oleh:
Muhammad Radya Yudantiasa 15530095
Achmad Soib
15530104
M. Anam Fauzi 15530027
Lukmanul Hakim 15530078
Shafa Sharvina 15530002
Ismi Wakhidatul Hikmah 15530061
Muthia Uzlifa 15530049
Nur Zulva Khusna 15530124
JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN
ISLAM
UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2017
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah subhanahu wa ta’ala, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga makalah ini dapat
selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan untuk kemudian dapat
digunakan untuk menambah wawasan kita semua. Shalawat dan salam semoga
senantiasa tersampaikan kepada baginda Rasul Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang telah menyelamatkan kita dari
keterpurukan dan menghantarkan kita ke gerbang kemuliaan, sehingga kita dapat
merasakan nikmatnya ilmu pengetahuan di masa sekarang ini.
Dalam
makalah yang masih jauh dari kata sempurna ini, kami selaku penyusun makalah
ingin mengajak pembaca untuk mempelajari sedikit hasil penelitian saya tentang agama Yahudi. Semoga dengan
adanya makalah ini dapat menambah wawasan bagi kami sendiri selaku penyusun dan juga bagi pembaca
semua. Saran dan kritik yang membangun terhadap makalah ini sangat diharapkan
untuk menjadi bekal untuk karya yang lebih baik di masa yang akan datang.
Semoga Allah selalu melimpahkan kita keberkahan dalam mempelajari ilmu-Nya yang
amat luas di muka bumi ini.
Yogyakarta,
April 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama adalah sesuatu yang dapat dideskripsikan bukan didefinisikan.
Pendeskripsian agama bisa diwujudkan dengan ad-dinu al-haqq dan ad-dinu
al-kullihi. Ad-dinu al-haqq sering disebut dengan ad-dinu al-fithrah,
sedangkan ad-dinu kullihi adalah agama yang dibawa Rasul tetapi ada
rekonstruksi sejarah.
Yahudi adalah agama yang dibawa oleh Nabi Musa. Yahudi ini merupakan
nama salah satu anak Nabi Yaqub, sehingga dalam perkembangannya Yahudi menjadi
nama sebuah perkumpulan orang yang mengikuti anak Nabi Yakub tersebut.
Berdasarkan pernyataan tersebut, agama Yahudi merupakan agama yang
dibawa oleh seorang Nabi tapi mengalami rekonstruksi sejarah. Menurut
pernyataan di atas bisa dianalisis persamaannya dengan ajaran Islam. Sehingga
apakah memang begitu adanya agama Yahudi atau seperti apa? Untuk mencari
jawabannya, makalah ini akan membahas tentang agama Yahudi dan historisitas
sampai dengan ajarannya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah
sejarah awal agama Yahudi?
2. Bagaimana
pertumbuhan dan perkembangan agama Yahudi?
3. Apa
saja yang termasuk ke dalam ajaran agama Yahudi?
C. Tujuan Pembuatan Makalah
1. Mengetahui
sejarah awal agama Yahudi.
2. Mengetahui
pertumbuhan dan perkembangan agama Yahudi.
3. Mengetahui
apa saja yang termasuk ke dalam ajaran-ajaran agama Yahudi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Awal Agama Yahudi
Sejarah bangsa
Yahudi dimulai dengan Abraham yang mendengarkan panggilan Allah untuk menduduki
tanah Kanaan. Yakub, dijanjikan untuk diberi banyak anak oleh Allah dan dari 12
nama anak laki-lakinya itu, suku-suku bangsa Israel memperoleh nama mereka.
Sementara itu, kata “Yahudi” berasal dari nama suku Israel yang paling kuat,
yaitu Yehuda (Judah).[1]
Ketika Musa
dipanggil Allah, bangsa Israel sedang menjalani masa perbudakan yang menguras
tenaga dan tangan bangsa Mesir. Musa mendengar suara Allah yang berbicara
kepadanya dari suatu semak yang menyala tetapi tidak terbakar dan, atas perintahNya, Musa pergi ke Firaun
Mesir untuk meminta supaya bangsa Israel dibebaskan. Hanya karena 10 wabah dari
Allah menimpa orang-orang Mesir maka permintaan itu dikabulkan. Kemudian bangsa
Israel menghabiskan waktu dalam 40 tahun dalam perjalanannya sebagai kaum
pengembara sebelum mereka tiba di tanah Tejanji. Selama perjalanan mereka itu
–keluaran- Allah memberikan sepuluh perintah kepada Musa di Gunung Sinai.
Bangsa Yahudi juga diberi banyak hukum yang lain untuk mengurus semua aspek
kehidupan pribadi serta masyarakat dan hukum-hukum ini masih berpengaruh pada
kehidupan orang-orang Yahudi Ortodoks zaman sekarang.[2]
Dari seluruh
sejarahnya bangsa Yahudi telah diceraiberaikan oleh para penindas sebagai
akibat kebencian dan kekerasan mereka. Anti semit mencapai puncaknya dalam
peristiwa Holocoust (pembantaian besar-besaran) pada abad ke 20, ketika 6 juta
laki-laki, perempuan, dan anak-anak, Yahudi dibantai oleh Nazi.[3]
Tak seorangpun
dalam sejarah telah mengalami penderitaan yang dialami bangsa Yahudi di Eropa
pada tahun 1930-an dan 1940-an. Abad-abad kejahatan anti semit meledak contoh
yang paling menakutkan dari pemusnahan secara teratur terhadap segologan bangsa
dalam sejarah umat manusia. Hanya dalam waktu enam tahun, antara tahun 1939 sampai
1945, berjuta-juta orang Eropa dibantai hanya karena mereka adalah orang-orang
Yahudi.[4]
Agama Yahudi itu disebutkan dalam literatur di
barat dengan Judaism dan di dalam literatur berbahasa Arab disebut Yahudiyah.
Sebutan Judaism itu bermula dipergunaan dalam literatur pihak Yahudi
sendiri di sekitar tahun 100 sebelum Masehi, yakni di dalam II Makkabi, 2:21
dan 8:1, yang disusun dalam paduan bahasa Grik-Yahudi. Agama Yahudi itu agama
tertua di antara lima agama yang menganut keyakinan bahwa kodrat-Ilahi langsung
menurunkan wahyu kepada pribadi pembangunnya. Empat agama lainnya adalah: Agama
Zarathustra, Kristen, Islam, Sikh. Agama Yahudi itu langsung memperlihatkan
pengaruh terhadap dua agama lainnya dalam bidang keyakinan, yaitu agama Kristen
dan Islam. Dua agama terakhir itu langsung mengakui dan memuliakan Rasul-Rasul
dan alam lingkungan agama Yahudi itu.[5]
B. Pertumbuhan dan Perkembangan Agama Yahudi
1.
Masa Awal Pemerintahan Bangsa Yahudi
a. Zaman Pemerintahan di Bawah Seorang
Ketua
Awal pemerintahan Bani Israel yang dipimpin
oleh seorang ketua dimulai pada akhir
pemerintahan yang dipimpin oleh salah satu sahabat karib Nabi Musa yaitu Yusya’
bin Nun. Yusya bin Nun kemudian wafat pada tahun 1130 SM selanjutnya awal orde
pemerintahan bani Israel dilanjutkan oleh ketua-ketua Yahudi yang tergolong
dari para Kahin (ahli magic) yang dipilih oleh kepala-kepala kaum, dan
di antaranya ada yang dipilih dari kaum wanita. Dari
sinilah permulaan zaman pemerintahan yang dipimpin oleh seorang ketua hingga berkelanjutan
sampai tahun 1039 SM.
Orang-orang Kan’an adalah guru bagi
orang-orang Yahudi karena berkat jasanya orang Yahudi dapat menjalani kehidupan
dengan lebih teratur dan memiliki ilmu dalam memenuhi kebutuhan hidup. Di samping
orang Yahudi terpengaruh oleh cara hidup dan keseharian orang kan’an mereka
juga terpengaruh oleh aqidah dari orang Kan’an seperti kepercayaan dan
adat-iabadatnya.[6]
b. Zaman Pemerintahan di bawah seorang Raja
Zaman
pemerintahan seorang raja dimulai ketika ancaman perang yang bertubi-tubi
mencapai puncaknya. Adapun latar belakangnya adalah ketika orang-orang Yahudi
sudah mulai tidak nyaman dengan kepemimpinan ketua mereka yaitu anak-anak dari
Samuel yang telah melakukan penyimpangan
sehingga mereka menuntut Samuel untuk melantik seorang raja agar menjadi
pemimpin Bani Israel. Kemudian Samuel memilih Saul untuk menjadi raja pertama.
Pada pemerintahannya terdapat seorang prajurit bernama Daud yang bijaksana dan
memiliki kejujuran yang tinggi serta gagah berani. Berkat kontribusinya dalam
peperangan sehingga membuat dirinya
disebut sebagai pahlawan dalam medan perang. Daud pun menjadi sangat terkenal
di kalangan bangsa Israel melebihi rajanya, karena kekhawatiran raja Saul
terhadap pengaruh Daud di tengah Bani Israel membuat dia menjadi gelap mata dan
ingin membunuh Daud.
Akhirnya Daud
melarikan diri dari ancaman raja Saul dan dua kali meminta bantuan kepada
orang-orang Palestina untuk membantunya melawan raja Saul. Daud kemudian mendapatkan perlindungan dari
orang Palestina dan konflik ini dijadikan untuk menyerang Bani Israel, sehingga
peperangan antara raja Saul dan Daud tak terelakkan dan pada akhirnya raja Saul
gugur di Wadi Bazrail, jasadnya dibawa ke Kuel Finus kemudian disalib pada
tembok rumah Syaan. Setelah kematian
raja Saul, permusuhan berlanjut kepada anaknya yaitu Ishbosheth bin Saul yang
dibantu oleh Abner panglima tentara raja Saul. Keduanya berhasil dibunuh, maka
dengan ini Daud dilantik menjadi raja kaum Bani Israel yang kedua. Sejak saat
itu, maka pemerintahan Bani Israel beralih kepada sistem turun temurun secara
warisan.
2. Sekte-Sekte dalam Agama Yahudi
Berikut adalah macam-macam sekte dalam agama Yahudi:[7]
1.
Sekte
Perisi, artinya sekte yang menyendiri dan berpecah.
2.
Sekte
Sadduki, yaitu sekte yang mengingkari
adanya hari kebangkitan, kehidupan sesudah mati, hisab, surga, dan neraka.
3.
Sekte
penulis, yaitu nama yang diberikan
kepada sekumpulan orang-orang Yahudi yang bertugas untuk menuliskan syari’at bagi
siapa saja yang memerlukannya, dengan ini mereka mengetahui sebagian besar maklumat-maklumat agama.
4.
Sekte
Pembaca, adalah sekte yang terkecil dalam sekte Yahudi.
Sekte pembaca hanya mengikuti Taurat saja sebagai kitab suci mereka.
5. Sekte Fanatik, mempunyai
hubungan yang erat dengan sekte perisi. Dalam hal akidah dan kepercayaan mereka
sependapat. Tetapi sekte ini mempunyai kelebihan dalam hal tidak mau tawar
menawar.
C. Ajaran Agama Yahudi
Bangsa Yahudi memiliki pendapat bahwa mereka
adalah satu-satunya bangsa pilihan Tuhan. Dengan adanya pemahaman tersebut,
menjadikan mereka percaya bahwa bangsa Yahudi lebih mulia dari bangsa lain.
Karena keyakinan ini pula membuat mereka merasa tinggi diri sehingga banyak
bangsa lain tidak senang pada mereka.[8]
1. Tuhan dalam Agama Yahudi
Di dalam Perjanjian Lama, dijelaskan bahwa
Tuhan Yahudi itu hanya satu yaitu Yahweh, dan di dalam ajaran Yahudi pula
menjadikan Tuhan dalam bentuk yang nampak dan memiliki sifat-sifat seperti
manusia itu dilarang, hal tersebut karena mereka menolak adanya konsep
ketuhanan Kristen yaitu “Trinitas” yang tidak sesuai dengan ajaran mereka yaitu
monoteisme.[9]
Yahudi memandang Tuhannya sebagai Tuhan yang
tunggal, dan mereka juga menolak adanya paham dualistic yang mana kejahatan
di situ berasal dari Tuhan yang berbeda seperti Hindu, yang menganggap adanya
sang pencipta Brahmana, dan pelebur yaitu Siwa, mereka sangat menolak hal
tersebut, karena Tuhan itu esa, Ia tidak berawal dan tidak berakhir, Ia adalah
Tuhan segalanya yang tidak berwujud, yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
2. Ajaran-ajaran Agama Yahudi
Selain ajaran pokoknya,
ajaran-ajaran Yahudi terdiri dari:[10]
a.
Wajib sembahyang tiga kali sehari.
b.
Wajib merayakan hari paskah.
c.
Wajib merayakan hari pantekosta
yaitu jatuh pada 50 hari setelah hari raya paskah.
d.
Dilarang membunuh orang.
e.
Dilarang
mencuri.
f.
Dilarang berzina.
g.
Dilarang makan
daging babi dan dilarang pula makan darah.
h.
Dilarang melakukan sumpah atau
saksi palsu.
i.
Dilarang menindas tetangga.
j.
Dilarang membenci tetanggamu.
k.
Dilarang membalas dendam juga
dilarang menggerutu tetapi juga harus mencintai tetangga sebagaimana mencntai
diri sendiri.
D. Peribadatan Agama Yahudi
1. Sembahyang
Umat Yahudi merupakan salah satu umat yang suka sembahyang yaitu tiga
kali sehari. Kitab Talmud, amidah,
mengatur masalah sembahyang tiga kali
sehari dengan lebih terperinci. Yaitu tegak berdiri mengawali sembahyang dengan
mengucapkan salawat sebanyak 19 kali, tiga kali pertama memuji kekuasaan
Tuhan,
kemahaperkasaan-Nya, tiga kali yang terakhir sebagai ucapan-ucapan terimakasih
atas rahmat-Nya yang tidak putus-putus, doa penutup untuk keselamatan dan
kedamaian, sedang tiga belas lainnya di tengah-tengah dan merupakan permohonan
untuk segala keperluan. [11]
2.
Puasa
Umat Yahudi melakukan puasa biasanya pada
waktu mereka berkabung atau duka-cita dan kemalangan. Tujuan puasa bagi mereka adalah untuk menghapus dosa dan mensucikan
diri, disamping untuk menyatakan rasa keprihatinan. Ada empat hari penting yang
diperingatinya untuk berpuasa, yaitu hari permulaan kota Yaerusalem dikepung,
hari kota Yaerusalem jatuh ke tanah Nebukadnezar, hari Kanisah
dihancurkan dan hari Gedaliah di bunuh orang.[12]
3. Korban
Korban dalam
agama Yahudi dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu korban perdamaian, korban pemujaan,
dan korban lain-lain. Korban perdamaian adalah korban yang dilaksanakan untuk
memohon perdamaian dengan Tuhan bagi dosa-dosa yang diperbuat tanpa sengaja.
Korban ini terdiri dari korban penghapusan dosa dan korban penebusan dosa. Korban pemujaan terdiri dari korban bakar,
korban keselamatan, dan korban sesaji. Korban lain-lain terdiri dari korban
perjanjian, korban pelantikan umum, korban cemburuan dan korban pembunuhan.[13]
4. Hari-hari suci
Hari-hari penting yang mereka sucikan adalah:[14]
1)
Hari
pentekosta, yaitu hari raya yang dipestakan
untuk merayakan pembebasan orang-orang Israel dari perbudakan Mesir.
2)
Hari
Perdamaian Besar, yaitu hari kesepuluh bulan ketujuh, menurut penanggalan Yahudi.
Pada hari ini semua orang harus berpuasa, dan korban harus dilakukan untuk
menghapus dosa.
3)
Hari
Raya Pondok
Daun, atau hari raya pengumpulan hasil, yang dirayakan pada tanggal
15-22 bulan ketujuh kalender Yahudi.
4)
Hari
Penebusan Dosa, hari ini bernilai rohaniah bagi umat Yahudi, jatuh pada sekitar
bulan akhir ke-enam atau awal bulan ke-tujuh kalender
mereka.
5)
Hari Bulan
Baru, orang Yahudi selalu merayakan dan
mensucikan hari pertama tiap-tiap bulan baru, yang dirayakan denga korban dan
perjamuan makan bersama.
6)
Tahun
Sabbath, menurut kepercayaan umat Yahudi,
selama tahun yang ke-tujuh, tanah tidak boleh dikerjakan atau ditanami. Semua orang
harus istirahat.
Selain itu
masih terdapat hari-hari besar dan suci lain seperti Tahun Yobel, Hari
Raya Pembebasan Bait Suci, Hari Raya Purim, dan Hari Sabath. Hari
Sabath adalah hari yang khusus disediakan untuk beribadat kepada YeHoVah,
karena pada hari itulah Dia berhenti dari pekerjaan-Nya menjadikan alam semesta
ini.[15]
E. Kitab Suci Agama Yahudi
Kitab suci
agama Yahudi disebut dengan Biblia yakni Alkitab. Pihak Kristen
pada masa belakangan memanggilkan keseluruhannya dengan Old Testament, yakni
Perjanjian Lama. Alkitab itu terbagi kepada tiga kelompok dari satu
persatu kelompok itu terdiri atas beberapa kitab, yaitu:[16]
1. Torah. Terdiri atas lima buah kitab yang dinyatakan berasal dari nabi Musa:
a) Kitab Kejadian (Genesis), berisikan kisah kejadian alam semesta dan
kejadian adam dan hawa bersera peristiwa turunanya samai kepada peristiwa Nabi
Yusuf.
b) Kitab Keluaran (Exodus), berisikan kisah keluaran Bani Israil dari
penindasan Pharao di tanah Mesir di bawah pimpinan nbi Musa dan berada di
padang Tiah semenanjung Sinai selama 40 tahun dan munajat Musa dengan Yahuwa
(Allah Maaha Esa) dan diturunkan sepuluh perintah (Ten Commandements).
c) Kitab Imamat (Leviticus), berisikan himpunan Syariat di dalam agama
Yahudi.
d) Kitab Bilangan (Numbers), berisikan cacah jiwa turunan dua belas
suku Israil pada masa nabi Musa masa itu.
e) Kitab Ulangan (Deuteronomy), berisikan ulangan kisah keluaran dari
tanah Mesir dan ulangan himpunan syariat.
2. Nebiim, yang terdiri atas 8 buah kitab Nabi, terbagi kepada Nabi-nabi terdahulu
dan Nabi-nabi belakangan. Kitab dari Nabi-nabi terdahulu itu terdiri atas 4
buah kitab, yaitu: Kitab Nabi Yusak (Joshua), Kitab Hakim-Hakim
(Judges), Kitab Nabi Samuil (Samuel I, II),
Kitab Raja-raja (King I, II). Kitab-kitab
belakangan terdiri atas 4 buah kitab pula, yaitu Kitab Nabi Jesaja (Isaiah),
Kitab Nabi Jermia (Jeremiah), Kitab Nabi Jehezkil (Esekiel),
dan Kitab Nabi-nabi Terkecil (Minor Prophet). Dan himpunan
kitab-kitab Nabi terkecil itu terdiri atas 12 kitab, yaitu: Kitab Nabi Hosea,
Kitab Nabi Joel, Kitab Nabi Amos, Kitab Nabi Obadia, Kitab Nabi Yunus, Kitab
Nabi Mikha, Kitab Nabi Nahum, Kitab Nabi Habakuk, Kitab Nabi Zepanya, Kitab
Nabi Hajai, Kitab Nabi Zakaria, Kitab Nabi Maleikhi.
3. Khetubim, terdiri atas 11 buah kitab berisikan nyanyian-nyanyian pujaan untuk
keperluan kebaktian dan juga berisikan hikmat dan bimbingan dan nasihat dan
amsal, yaitu Kitab Mazmur (Psalms), Kitab Amsal Sulaiman (Proverbs),
Kitab Nabi Ayyub (Job), Kitab Syirul Asyar (Songs of
Salomon), Kitab Rut (Ruth), Kitab Nudub Jermia (Lamentations),
Kitab Alkhatib (Ecclesiastes), Kitab Ester (Esther), Kitab Nabi
Danil (Daniel), Kitab Nabi Ezra (Ezra), Kitab Nabi Nehemiah (Nehemiah),
kitab Tawarikh (Chronicles I,II).
F. Hukum Agama Yahudi
Agama Yahudi
diakui sebagai suatu agama yang paling unggul dalam bidang hukum dan
putusan-putusan hukum. Beberapa hukum Yahudi apabila dibandingkan dengan
hukum-hukum peradaban kuno lainnya, semasa pembentukan hukum ini berjalan,
kelihatan lebih manusiawi sifatnya.[17]
Contoh berbagai bidang hukum dan hukum yang mengaturnya adalah:
1. Hukum Sipil : seseorang yang ingin menagih
hutang tidak dibenarkan memasuki rumah orang yang ditagih. Hendaklah ia
menunggu di luar.[18]
2. Hukum Perhambaan : jikalau kamu memberi
seorang hamba Ibrani, hanya enam tahun lamanya, boleh ia mengerjakan pekerjaan
engkau, tapi pada tahun yang ketujuh, tak dapat tiada dilepaskan ia menjadi
seorang merdeka.[19]
3. Hukum Kriminil : jangan membunuh, jangan berzina,
jangan mencuri, jangan bersaksi palsu dan jangan merampas bini orang.[20]
4. Hukum Bersunat : bersunat atau khitan wajib
dijalani oleh orang Yahudi untuk membuktikan bahwa ia adalah seorang Yahudi
tulen, baik laki-laki maupun perempuan.[21]
5. Hukum Waris : anak laki-laki adalah pewaris
utama. Anak tertua laki-laki yang memiliki saudara yang banyak memperoleh
warisan dua kali lipat dari saudara-saudaranya. Anak perempuan yang belum
berumur 12 tahun tidak berhak menerima warisan.[22]
6. Hukum Perkawinan : umur kawin bagi seorang
laki-laki adalah 13 tahun dan perempuan 12 tahun. Orang yang sudah mencapai
usia 20 taun tapi belum kawin berhak mendapat kutukan.[23]
G. Yahudi di Indonesia
Bagi sebagian besar muslimin dunia, “ke-Yahudi-an” selalu
mengundang banyak stereotypee baik dengan dalih bersifat teologis (
ajaran agama) maupun konstruksi sosio-politis yang negatif tentang Yahudi
sebagai sebuah bangsa yang dianggap serakah, penuh kosnpirasi dan “dikutuk
Tuhan”, sebagaimana halnya ketika berbicara etnik Cina di Indonesia. Persoalannya
adalah baha yahudi sebagai salah satu anggota keluarga Ibrahim di Indonesia
tidak diakui keberadaanya. Walaupun ada komunitas Yahudi di Surabaya, [24]
sebagai contoh, namun pemerintah Indonesia belum ada isyarat akan mengakuinya
secara yuridis meskipun secara de facto diberikan hak hidupnya.
Dalam masyarakat Muslim Indonesia, tanggapan terhadap Yahudi dan
Isrel masih bersifat reaksioner dan demagogis. Ketika Gus Dur, sebelum dan saat
menjabat sebagai Presiden, pernah mengusulkan agar dibuka hubungan diplomatik
dengan Israel, maka secara serta-merta reaksi menolak dan menentang usulan itu
mengeras di beberapa gerakan Islam Islam. Dalam arena akademik, Nurcholis Majid
(Cak Nur) pernh dianggap sebagai agen Yahudi di Indonesia setelah menyampaikan
diskusi tentang Islam di Taman Ismail Marzuqi, Jakarta, Oktober 1992.
Stereoptipe terhadap Yahudi menghadapi arus dominasi barat terhadp
dunia Islam nempak seperti dalam kesimpulan Sjafruddin Prawiranegara yang
mengidentikkan kapitalisme dan komunisme, yang ujung-ujungnya sampai kepada apa
yang disebut sebagai Yahudi.[25]
H. Penelitian Tentang Yahudi
Pertanyaan tentang keturunan Yahudi telah menjadi subyek
kontroversi selama lebih dari dua abad dan belum dapat dipecahkan.
"Hipotesis Rhineland" menggambarkan Yahudi Eropa Timur sebagai
"isolat populasi" yang muncul dari sekelompok kecil Yahudi Jerman
yang bermigrasi ke timur dan berkembang dengan cepat. Sebagai alternatif,
"hipotesis Khazar" menunjukkan bahwa orang Yahudi Eropa Timur turun
dari bangsa Khazars, sebuah gabungan dari klan Turki yang menyelesaikan
Kaukasus pada abad-abad awal Masehi dan beralih ke Yudaisme pada abad ke-8.
Yahudi Mesopotamia dan Yahudi Yunani terus memperkuat kerajaan Yahudi sampai
abad ke-13. Setelah runtuhnya kekaisaran mereka, orang-orang Yudeo-Khazars
melarikan diri ke Eropa Timur. Munculnya Yahudi Eropa oleh karena itu
dijelaskan oleh kontribusi Yudeo-Khazars. Sejauh ini, bagaimanapun, kontribusi
Khazars 'hanya diperkirakan secara empiris, karena tidak adanya data genom-lebar
dari populasi Kaukasus menghalangi pengujian hipotesis Khazaria. Rangkaian
terbaru dari populasi Kaukasus modern mendorong kami untuk meninjau kembali
hipotesis Khazarian dan membandingkannya dengan hipotesis Rhineland. Kami
menerapkan berbagai analisis genetik populasi untuk membandingkan dua hipotesis
ini. Temuan kami mendukung hipotesis Khazarian dan menggambarkan genom Yahudi
Eropa sebagai mosaik nenek moyang Timur Dekat-Kaukasus, Eropa, dan Semit,
sehingga mengkonsolidasikan laporan kontradiktif sebelumnya tentang keturunan
Yahudi. Kami lebih jauh menggambarkan perbedaan besar antara populasi Kaukasus
yang dijelaskan oleh kehadiran awal orang Yudea di Kaukasus Selatan dan Tengah.
Hasil kami memiliki implikasi penting bagi kekuatan demografis yang membentuk
keragaman genetik di Kaukasus dan untuk studi medis.[26]
I. Yahudi dalam Perspektif Islam
Al-Qur’an telah
menyinggung Yahudi salah satunya dalam Q.S. At-Taubah: 30
وَقَالَتِ
الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ
اللَّهِ ذَٰلِكَ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِينَ
كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ
“Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah"
dan orang-orang Nasrani berkata: "Al Masih itu putera Allah".
Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan
orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka, bagaimana mereka
sampai berpaling?”
Dari ayat tersebut dapat
kita tarik kesimpulan bahwa Yahudi menyebutkan bahwa Allah memiliki anak. Ini
merupakan salah satu bentuk penyelewengan ajaran yang telah didapatkan dari
Nabi Musa. Dalam tafsir Al-Maraghi dijelaskan bahwa ‘Uzair
adalah seorang pendeta (kahin) Yahudi, ia hidup sekitar 457 SM. Menurut
kepercayaan orang-orang Yahudi ‘Uzair adalah orang yang telah mengumpulkan
kembali wahyu-wahyu Allah di kitab Taurat yang sudah hilang sebelum masa Nabi
Sulaiman As. Sehingga segala sumber yang yang dijadikan rujukan utama adalah
yang berasal dari ‘Uzair, karena menurut kaum Yahudi waktu itu ‘Uzair adalah
satu-satunya sosok yang paling diagungkan, maka sebagian mereka akhirnya
menisbatkan ‘uzair sebagai anak Allah. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa
penyelewengan dalam masalah akidah merupakan tindakan yang sangat sesat, karena
sekitar 1/3 dari kandungan al-Quran menjelaskan tentang akidah/kepercayaan atas
semua rukun iman yang harus diyakini oleh setiap manusia.[27]
Dalam ayat yang lain
yaitu Q.S. Al-Maidah : 82, Allah telah berfirman:
لَتَجِدَنَّ
أَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِلَّذِينَ آمَنُوا الْيَهُودَ وَالَّذِينَ أَشْرَكُوا
ۖ وَلَتَجِدَنَّ أَقْرَبَهُمْ مَوَدَّةً لِلَّذِينَ آمَنُوا الَّذِينَ قَالُوا
إِنَّا نَصَارَىٰ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّ مِنْهُمْ قِسِّيسِينَ وَرُهْبَانًا
وَأَنَّهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ
“Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras
permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan
orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat
persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata:
"Sesungguhnya kami ini orang Nasrani". Yang demikian itu disebabkan
karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan
rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menymbongkan diri”
Dari ayat tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa al-Qur’an sendiri telah menjelaskan sifat kesombongan
yang dimiliki oleh kaum Yahudi. Maka tidak heran mereka dengan mudah menghina
Allah seperti menyebutkan “Tangan Allah terbelenggu...”[28]. Dalam
Tafsir Al Alusi
dijelaskan bahwa orang-orang Yahudi disifati oleh Allah sebagai asyaddannas,
karena kufur mereka yang sudah sangat berlebihan, serta kebiasaan mereka
berbohong dan mengikuti hawa nafsu. Bahkan dikatakan juga bahwa dalam pandangan
mereka wajib memerangi orang-orang yang kontroversi dengan keinginan mereka.
Selain orang Yahudi juga orang-orang musyrik yang menjadi musuh yang sangat
keras bagi umat Islam. Namun, dalam ayat ini orang-orang Yahudi lebih
didahulukan (disebut terlebih dahulu) dari pada orang-orang musyrik. Al Imam
Al Alusi menyebutkan dalam tafsirnya, orang-orang Yahudi disebut
terlebih dahulu karena kebiasaan mereka yang lebih suka memusuhi dulu/mencari
masalah, dalam pendapat lain dikatakan karena sifat kejelekannya lebih banyak
dari pada yang lain.[29]
Al-Quran sering
menggunakan sebutan Ahlulkitab untuk kaum Yahudi, dan yang dimaksud Ahlul Kitab
juga termasuk orang-orang Nasrani, jadi Ahlul Kitab adalah sebutan untuk
orang-orang Yahudi dan Nasrani. Di antara beberapa surat dalam Al-Quran yang
banyak menjelaskan tentang hal-hal yang berkaitan dengan kaum Yahudi adalah QS.
al-Baqarah, Ali ‘Imran, al-Maidah.[30]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Agama Yahudi
itu disebutkan dalam literatur di barat dengan Judaism dan di dalam
literatur berbahasa Arab disebut Yahudiyah. Sebutan Judaism itu
bermula dipergunaan dalam literatur pihak Yahudi sendiri di sekitar tahun 100
sebelum Masehi, yakni di dalam II Makkabi, 2:21 dan 8:1, yang disusun
dalam paduan bahasa Grik-Yahudi. Agama Yahudi itu agama tertua di antara lima
agama yang menganut keyakinan bahwa kodrat-Ilahi langsung menurunkan wahyu
kepada pribadi pembangunnya. Empat agama lainnya adalah: Agama Zarathustra,
Kristen, Islam, Sikh
Agama Yahudi
memiliki inti ajaran monotheisme atau memiliki satu Tuhan dan meyakini
bahwa bangsa mereka (Yahudi) adalah bangsa pilihan Tuhan. Sama seperti
agama-agama lain, agama Yahudi juga memiliki kitab-kitab suci, hari-hari suci,
ritual peribadatan tertentu, dan hukum-hukum yang mengikat pengikutnya. Selain
itu, di dalam agama Yahudi juga terdapat perintah sembahyang, puasa, dan
korban. Sekte-sektenya pun bermacam-macam.
DAFTAR PUSTAKA
Keene, Michael.
2016. Agama-agama Dunia. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Sou’yb,
Joesoef. 1996. Agama-agama Besar di Dunia. Jakarta: Al-Husna Zikra.
Shalaby, Ahmad. 1991 Muqaranatul Adyan: Al-Yahudiyah
(terj. A. Wijaya), Jakarta: Bumi Aksara.
Shalaby, Ahmad. 1991. Agama Yahudi. Jakarta: Bumi
Aksara
Mansur,
Sufa’at. 2015. Agama-agama Besar Masa Kini.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arifin,
M. 1997. Menguak Misteri Ajaran Agama-agama Besar. Jakarta:
Golden Trayon Press.Smith, Huston. 2008. Agama – agama Manusia (terj. Safroedin Bahar). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Daya, Burhanuddin. 2012.
“Agama Yahudi”, dalam Rahmat Fajri, dkk (ed.). Agama-agama Dunia.
Yogyakarta: Penerbit Belukar.
Al Furqan, Yahudi dalam Perspektif al-Qur’an, https://www.eramuslim.com/suara-kita/pemuda-mahasiswa/yahudi-dalam-prespektif-al-quran.htm#.WQnWsTddK1s (diakses 2 Mei 2017)
[6] Ahmad Shalaby,
Muqaranatul Adyan: Al-Yahudiyah (terj. A.
Wijaya), (Jakarta: Bumi Aksara), jilid 1, hlm. 43-46
[7] Ahmad Shalaby,
Agama Yahudi, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991) hlm. 223-231
[9] Huston Smith, Agama – agama Manusia,
(terj. Safroedin Bahar). (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), hal. 302
[10] Sufa’at
Mansur, Agama-agama Besar Masa Kini, hlm. 136
[11] Burhanuddin Daya, “Agama
Yahudi”, dalam Rahmat Fajri, dkk (ed.). Agama-agama Dunia, (Yogyakarta:
Penerbit Belukar, 2012), hlm. 436
[24]
Jurnal Yahudi
[25]
Pernyataan tersebut dijelaskan dalam sebuah jurnal yang
ditulis oleh Samsuri dengan tema Yahudi dalam Zionisme dan Israel.
[26] https://academic.oup.com/gbe/article/5/1/61/728117/The-Missing-Link-of-Jewish-European-Ancestry. Diakses pada tanggal 9/6/2017
[27] Al Furqan, Yahudi dalam Perspektif al-Qur’an, https://www.eramuslim.com/suara-kita/pemuda-mahasiswa/yahudi-dalam-prespektif-al-quran.htm#.WQnWsTddK1s (diakses 2 Mei 2017)
[29]
Al Furqan, Yahudi dalam Perspektif al-Qur’an
Komentar
Posting Komentar