Studi Kitab Sunan Tirmidzi



KITAB SUNAN AL-TIRMIZI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Studi Kitab Hadis Primer

Dosen Pengampu:
Dadi Nurhaedi, S.Ag, M.Si

Description: LOGO UIN.png

Oleh    :
M. Radya Yudantiasa             15530095                                                                                                             
Ian Ahmad Permana              15530110                   
Rofiqotun Najah                                 15530054       
Sri Lestari                                15530082


JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2015
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah, hidayah, dan karunia-Nya sehingga makalah tentang Sunan al-Tirmizi dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabiyullah Muhammad SAW, yang telah membawa umat dari jaman Jahiliyyah ke jaman yang terang benderang.
Penyusunan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Studi Kitab Hadis Primer. Dalam penulisan makalah ini penulis mengucapkan  terima kasih kepada Bapak Dadi Nurhaedi, S.Ag., M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah Studi Kitab Hadis Primer dan kepada pihak-pihak yang memberikan motivasi dalam upaya penyelesaian makalah ini. Namun demikian, dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari bahwa tidak menutup kemungkinan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan masukan dan saran bagi pihak-pihak yang mempelajari makalah ini demi keberhasilan yang lebih baik  untuk waktu yang akan datang. Karena penulis menyadari bahwa segala kekurangan itu datangnya dari kita sebagai manusia yang tak luput dari kesalahan dan jika terdapat kelebihan, semua itu tentu karena kehendak Allah SWT. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi semua khususnya penulis. Aamiin.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


                                                            Yogyakarta, 07 Maret 2016


Penulis



DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... 1      
KATA PENGANTAR..................................................................................... 2
DAFTAR ISI................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 4
A.    Latar Belakang..................................................................................... 4
B.     Rumusan Masalah................................................................................. 5
C.     Tujuan Masalah..................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 6
A.    Biografi Imam Al-Tirmizi..................................................................... 6
B.     Metode Kitab al-Tirmizi....................................................................... 7
C.     Sistematika Penulisan Kitab Al-Tirmizi................................................ 9
D.    Pendapat Para Ulama........................................................................... 12
E.     Kualitas dan Kuantitas Hadis............................................................... 13
BAB III PENUTUP......................................................................................... 15
A.    Kesimpulan .......................................................................................... 15
B.     Penutup................................................................................................. 15
C.     Daftar Pustaka...................................................................................... 16











BAB I
PENDAHULUA

A.    Latar Belakang
Hadis Nabawi adalah sumber kedua setelah Al-Qur’an yang diikuti oleh Ijma’ dan  Qiyas. Hadis memiliki peranan yang urgent sebagai sumber terhadap hukum-hukum Islam. Al-Qur’an bisa difahami dan didekati melalui hadis sehingga hadis berperan sebagai Mubayyin, Muqayyid, Muwaddih al Musykil, Nasikh dan lain-lain bagi Al-Qur’an.
Lain halnya dengan Al-Qur’an yang sejak awal sudah menjadi perhatian banyak kalangan sahabat, hadis pada masa Rasulullah hidup hanya diriwayatkan secara lisan tanpa menggunakan tulisan. Sebab, saat itu jika hadis ditulis dihawatirkan redaksi-redaksinya tercampur dengan ayat Al-Qur’an.
Seiring tersebarnya Islam, maka perhatian penuh terhadap hadis mulai tampak. Lahirlah rumusan-rumusan kaidah yang berkaitan dengan hadis seperti penerimaan hadis, kualifikasi hadis dll. Rumusan kaidah inilah yang kemudian pada masa Tabi’i Tabi’in dibukukan ke dalam satu disiplin ilmu yang disebut Ilmu hadis. Di samping kitab yang berkaitan dengan Ilmu Hadis, kitab-kitab hadis Nabi juga mulai marak ditulis. Kitab-kitab ini yang kemudian dijadikan kitab induk hadis Nabi.
Ada enam kitab induk hadis yang terkenal, yaitu:
A.    Shahih al-Bukhori
B.     Shahih Muslim
C.     Sunan Abi Dawud
D.    Sunan al-Tirmizi
E.     Sunan An-Nasai
F.      Sunan Ibnu Majah
Keenam kitab ini disebut dengan Kutub as Sittah (enam kitab pokok hadis). Selanjutnya, kitab-kitab ini disempurnakan lagi menjadi Kutub at Tis’ah (sembilan kitab pokok hadis) dengan menambahkan: Sunan ad Daruquthni, Sunan ad Daromi, Sunan al Baihaqi.
Masing-masing kitab ini memiliki karakteristik dan metode tersendiri dalam pengumpulan hadis. Pada makalah ini, penulis mencoba menelaah apa yang ada di dalam kitab Jami’ imam Tirmidzi atau yang dikenal dengan Sunan at Tirmizi. Sebab, kitab ini tidak hanya memuat hadis-hadis yang berkualitas shahih saja, melainkan hadis hasan, dhaif dan selainnya juga ia himpun dalam kitab ini. Bahkan, imam Tirmizi juga memberikan komentar akan status hukum atau kualitas suatu hadis.

B.     Rumusan Masalah
Pada makalah ini akan menjelaskan tentang :
1.      Bagaimana Biografi Imam Tirmizi?
2.      Apa Metode yang digunakan dalam kitab Sunan al-Tirmizi?
3.      Bagaimana Sistematika Penulisan Kitab SunanTirmizi?
4.      Bagaimana Pendapat Para Ulama’ tentang Kitab Sunan al-Tirmizi?
C.    Tujuan Masalah
1.      Mengetahui Biografi Imam Tirmizi.
2.      Mengetahui Metode Yang digunakan dalam Kitab Sunan al-Tirmizi.
3.      Mengetahui Isi Kitab Sunan al-Tirmizi.
4.      Mengetahui Pendapat Para Ulama’ Tentang Kitab Sunan al-Timizi.













BAB II
PEMBAHASAN

A.       Biografi Imam At Tirmidzi
            Nama lengkapnya adalah Abu ‘Isa Muhammad Bin ‘Isa Bin Tsaurah Bin Musa Bin ad-Dahaq as-Sulami al-Bughi at-Tirmizi.[1] Penisbahan namanya kepada as-Sulami merupakan nisbah kepada suatu kabilah, sedangkan al-Bughi adalah nama desa tempat ia wafat dan dimakamkan, dan penisbahan namanya kepada Tirmizi karena ia lahir dan berkembang di kota Tirmiz (yaitu kota yang terletak dibagian selatan Iran).     
            Imam Tirmizi lahir pada bulan Dzullhijjah tahun 209 H atau 824 M (Al-Shalah al-safadi) [2] dan wafat pada malam senin tanggal 13 Rajab 279 H didesa Bugh dekat kota Tirmiz. Itulah sebabnya Ahmad Muhammad Syakir menambah dengan sebutan al-Dharir, karena al-Tirmizi mengalami kebutaan dimasa tuanya[3].  Sejak kecil ia sudah suka mempelajari ilmu hadis dan melakukan perjalanan ke beberapa negeri untuk mendapatkan ilmu. Dalam perjalanannya inilah, ia bertemu dan belajar hadis dengan beberapa ulama ahli hadis.
Imam Tirmizi lebih populer dengan sebutan Abu Isa. Bahkan dalam kitab al-Jami’nya, ia selalu memakai nama Abu Isa, meskipun sebagian ulama membenci dengan sebutan tersebut dengan berargumen kepada sabda Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Abu Syaibah bahwa “seorang pria tidak diperkenankan memakai nama Abu Isa, karena Isa tidak punya ayah”. Tetapi Al Qari menjelaskan lebih detail bahwa yang dilarang adalah apabila Abu Isa digunakan sebagai nama asli, bukan kuniyah (julukan), karena hal ini dimaksudkan untuk membedakan at-Tirmizi dengan ulama yang lain.
Dalam perlawatannya, imam Tirmizi melakukan perjalanan ke Bukhara, Khurasan, Naysabur, Irak, Hijaz, Makkah, dan beberapa negeri lainnya,[4] imam Tirmizi selalu mencatat hadis dari ulama yang ditemuinya. Ia meriwayatkan hadis dari ulama-ulama ternama. Diantaranya adalah Imam Bukhari, kepadanya ia belajar hadis dan fiqh. Ia juga belajar kepada Imam Muslim dan Abu Dawud. Guru beliau lainnya adalah:

1.      Qutaibah bin Said
2.      Ishaq bin Rahawahib
3.      Muhammad bin ‘Amru as-Sawwaq al-Balqi
4.      Mahmud bin Galani
5.      Isma’il bin Musa al-Fazari
6.      Dll.[5]
Hadis-hadis dan ilmu-ilmunya dipelajari dan diriwayatkan oleh banyak ulama yang mayoritas mereka adalah murid-muridnya. Diantaranya adalah: Makhul bin Fadl, Muhammad bin Mahmud ‘Anbar, Hammad bin Syakir, Ai-bd bin Muhammad an Nasfiyyun, al Haisam bin Kulaib asy Syasyi, Ahmad bin Yusuf an Nasa’I, Abul ‘Abbas Muhammad bin Mahbub al Mahbubi. Mereka meriwayatkan kitab Jami’nya dan kitab-kitab yang lain[6].
Karya-karya Imam Tirmidzi
Imam Tirmidzi banyak menulis kitab-kitab, diantaranya:
1.      Al Jami’ as Sohihain, yang terkenal dengan sebutan Sunan at Tirmidzi
2.      Kitab I’Illal
3.      Kitab Tarikh
4.      Kitab as-Sama’il al-Nabawiyyah
5.      Kitab al-Zuhud
6.      Kitab al-Asma; wa al-Kuna
7.      Dll.[7]
Diantara kitab-kitab diatas, yang paling terkenal adalah Al Jami’ as Sohihain atau Sunan at Tirmidzi, dan kitab-kitab lainnya kurang dikenal dikalangan masyarakat.

B.     Metode Kitab Al-Jami’ Al-Sahih
Judul lengkap kitab al-Jami’ al-sahih adalah “al-Jami’ al-Mukhtasar min al-Sunan ‘an Rasulillah”.[8] Meski demikian kitab ini lebih populer dengan nama al-Jami’ al-Tirmizi atau Sunan al-Tirmizi. Untuk kedua penamaan ini tampaknya tidak dipermasalahkan oleh ulama. Adapun yang menjadi pokok perselisihan adalah ketika kata-kata sahih melekat dengan nama kitab. Namun Al-Hakim dan al-Khatib al-Baghdadi tidak memperselisihkan hal tersebut. Berbeda dengan Ibnu Katsir yang menyatakan pemberian nama tersebut tidak tepat dan terlalu gegabah, sebab di dalam kitab jami al-Tirmizi tidak hanya memuat hadis sahih sahih saja, akan tetapi juga memuat hadis-hadis hasan,daif, dan munkar.[9]
Dalam meriwayatkan hadis, al-Tirmizi menggunakan metode yang berbeda dengan ulama-ulama lain. Berikut metode-metode yang ditempuh al-Tirmizi :
1.      Mentakhrij hadis yang menjadi amalan para Fuqaha’.

Dalam kitabnya, al-Tirmizi tidak meriwayatkan hadis kecuali hadis yang dimalkan oleh para fuqaha’, kecuali dua hadis, yaitu :

حديث ابن عباس رضي الله عنه: أنّ النبي صلّى الله عليه وسلّم جمع بين الظهر والعصر والمغرب والعشاء من غير خوف ولا سفر ولا مطر

“Sesungguhnya Rasulullah menjama’ solat zuhur dengan asar dan maghrib dengan isya’, tanpa adanya sebab takut, dalam perjalanan, dan tidak pula karena hujan.”
            Hadis ini menerangkan tentang menjama’ solat. Para ulama tidak sepakat untuk meninggalkan hadis ini, dan boleh hukumnya melakukan salat jama’ di rumah selama tidak dijadikan sebuah kebiasaan. Demikian pendapat Ibn Sirin serta sebagian ahli fiqih dan ahli hadis.

أنّ النبي صلّى الله قال: إذا شرب الخمر فاجلدوه، فإن عاد فى الرابعة فاقتلوه
                        “Apabila seseorang ninum khamr, maka deralah ia, dan jika ia kembali minum khamr pada keempat kalinya maka bunuhlah ia.”
            Hadis ini menerangkan bahwa peminum khamr akan dibunuh jika mengulangi perbuatannya yang keempat kalinya. Hadis ini menurut al-Tirmizi dihapus oleh ijma’ ulama. Dengan demikian maksud tirmizi mencamtumkan hadis tersebut, adalah untuk menerangkan kemansukhan hadis, yaitu yang telah dimansukh dengan hadis riwayat al-Zuhri dan qabisah bin Zawaib dari Nabi, yang menerangkan bahwa peminum khamr tersebut dibawa kepada Rasul, kemudian Rasul SAW memukulnya dan bukan membunuhnya.[10]
2.      Memberi penjelasan tentang kualitas dan keadaan hadis

Salah satu kelebihan Tirmizi adalah ia mengetahui benar keadaan hadis yang ia tulis. Hal itu berdasarkan hasil diskusinya dengan para ulama tentang keadaan hadis yang ia tulis. Dalam al-Jami’, al-Tirmizi mengungkapkan :

“Dan apa yang telah disebutkan dalam kitab ini mengenai i’lal hadis, rawi maupun sejarah adalah hasil dari apa yag aku takhrij dari kitab-kitab tarikh, dan kebanyakan yang demikian adalah hasil diskusi saya dengan Muhammad bin Isma’il (al-Bukhari).”

            Pada kesempatan lain al-Tirmizi juga, mengatakan :

“Dan kami mempunyai argumen yang kuat berdasarkan pendapat ahli fiqih terhadap materi yang kami terangkan dalam kitab ini.”

            Dengan demikian dapat dipahami, bahwa usaha menjelaskan keadaan suatu hadis dimaksudkan oleh al-Tirmizi untuk mengetahui kelemahan hadis bersangkutan. Menurut al-Hafiz Abu Fadil bin Tahir al-Maqdisi, ada empat syarat yang ditetapkan oleh al-Tirmizi sebagai standarisasi periwayatan hadis, yaitu :

1.      Hadis-hadis yang sudah disepakati keshahihanya oleh Bukhari dan Muslim.
2.      Hadis-hadis yang shahih menurut standar keshahihan Abu Dawud dan al-Nasa’i, yaitu hadis-hadis yang para ulama tidak sepakat untuk meninggalkannya, dengan ketentuan hadis itu bersambung sanadnya dan tidak mursal.
3.      Hadis-hadis yang tidak dipastikan keshahihanya dengan menjelaskan sebab-sebab kelemahanya.
4.      Hadis-hadis yang dijadikan hujjah oleh fuqaha’, baik hadis tersebut shahih atau tidak.[11] Tentu saja ketidakshahihannya tidak sampai saja  pada tingkat daif matruk.



C.    Sistematika Kitab Al-Jami’ Al-Sahih

Kitab al-jami al-sahih ini disusun berdasarkan urutan bab fiqih, dari bab taharah seterusnya sampai dengan bab akhlak,do’a, tafsir, fada’il dan lain-lain. Dengan kata lain al-Tirmizi menulis hadis dengan mengklasifikasi sistematikannya dengan model juz, kitab, bab dan sub bab. Kitab ini ditahqiq dan dita’liq oleh tiga ulama kenamaan pada generasi sekarang (modern), yakni Ahmad Muhammad Syakir (sebagai Qadhi syar’i), Muhammad Fu’ad Abdul Baqi’ (sebagai penulis dan pengarang), dan Ibrahim ‘adwah ‘Aud (sebagai dosen pada Universitas al-Azhar Kairo Mesir).
Secara rinci sistematika kitab al-jami’ al-Sahih (sunan al-Tirmizi) secara garis besar dapat dilihat dari masing-masing juznya sebagai berikut :[12]

Juz Kesatu dibagi menjadi dua kitab, yakni bab taharah dan bab salah. Dari bab itu dibagi menjadi sub-sub bab :


NAMA BAB
JUMLAH BAB
JUMLAH HADIS
Al-Taharah
122
148
Abwab al-salah
62
89

Juz kedua dibagi menjadi bab Salah sebagai lanjutan dari juz kesatu, terdiri dari 156 bab dan 195 hadis :

NAMA BAB
JUMLAH BAB
JUMLAH HADIS
Abwab witir
22
35
Abwab al-Jum’ah
29
41
Bab ‘Idain
9
12
Bab al-Safar
44
72

Juz pertama dan juz kedua ini ditahqiq dan dita’liq oleh Ahmad Muhammad Syakir. Ahmad Muhammad Syakir membagi juz menjadi abwab, yang disamakan  dengan kitab oleh pentahqiq dan penta’liq berikutnya. Dari abwab itu dibagi menjadi semacam sub abwab, tetapi tidak diberi nama judulnya, hanya sejumlah hadis yang ada relevansinya dikelompokkan, sesudah sub abwab barulah dibagi bab diberi judul, sedangkan sub abwab tidak menggunakan judul.

Juz ketiga di tahqiq dan di ta’liq oleh Muhammad Fu’ad Abd al-Baqi’.Oleh Fuad Abd al-Baqi’ juz dibagi menjadi sembilan kitab, meliputi :

NAMA KITAB
JUMLAH BAB
JUMLAH HADIS
Zakat
38
73
Siyam
83
126
Hajj
116
15
Janazah
76
144
Nikah
43
65
Rada
19
26
Talaq
23
30
Buyu’
76
104
Al-Ahkam
42
58

Juz keempat di tahqiq dan di ta’liq oleh Ibrahim ‘Adwah ‘Aud. Juz keempat ini terdiri dari :

NAMA KITAB
JUMLAH BAB
JUMLAH HADIS
Al-Diyat
23
36
Al-Hudud
30
40
Al-Said
7
7
Al-Zabaih
1
1
Al-Ahkam dan al-Wa’id
6
10
Al-Dahi
24
30
Al-Siyar
48
70
Keutamaan Jihad
26
50
Al-Jihad
39
49
Al-Libas
45
67
Al-At’imah
48
72
Al-Asyribah
21
34
Birr wa al-Silah
87
138
Al-Tibb
35
33
Al-Fara’id
23
25
Al-Washaya
7
8
Al-Wala’ wa al-Hibah
7
7
Al-Fitan
79
111
Al-Ru’ya
10
16
Al-Syahadah
4
7
Al-Zuhd
64
110
Sifat Al-Qiyamah, al-Raqa’iq, dan al-Warra’
60
110
Sifat al-Jannah
27
45
Sifat Jahannam
13
21

Juz kelima terdiri dari 10 pembahasan, ditambah satu bahasan tentang ‘ilal, dan di tahqiq oleh Ibrahim ‘Adwah ‘Aud, yaitu :

NAMA KITAB
JUMLAH BAB
JUMLAH HADIS
Al-Iman
18
31
Al-‘Ilm
19
31
Isti’zan
34
43
Al-Adab
75
118
Al-Nisa’
7
11
Fadail al-Qur’an
25
41
Al-Qiraat
13
18
Tafsir al-Qur’an
95
158
Al-Da’awat
133
189
Al-Manaqib
75
133
Al-‘Ilal
Dijelaskan pada beberapa sub bab


D.    Pendapat Para Ulama
            Terlepas dari kebesaran dan kontribusi yang telah diberikan oleh al-Tirmidzi melalui kitabnya, tetap muncul berbagai pandangan kontroversial antara yang memuji dan mengkritik karya tersebut. Diantaranya sebagai berikut:
a)      Al-Hafidz Ibn Asir (w. 524H), menyatakan bahwa kitab al-Tirmidzi adalah kitab sahih, juga sebaik-baiknya kitab, banyak kegunaannya, baik sistematika penyajiannya dan sedikit sekali hadis-hadis yang terulang.
b)      Abu Ismail al-Harawi (581 H) berpendapat bahwa kitab al-Tirmizi lebih banyak memberikan faedah dari pada kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, sebab hadis yang termuat dalam kitab al-Jami’ al-Shahih al-Tirmizi diterangkan kualitas dan kelemahannya.[13]
c)      Al-‘Allamah al-Syaikh Abdul ‘Aziz  berpendapat bahwa sisitematika penulisan kitabnya baik, sedikit hadis-hadis yang disebutkan berulang, diterangkan mengenai mazhab-mazhab fuqaha secara istidlal yang mereka tempuh, dijelaskan kualitas hadisnya, dan disebutkan pula nama-nama perawi, baik gelar maupun kunyahnya.
d)     Brockelman (Orientalis Jerman), menyatakan ada sekitar 40 hadis yang tidak diketahui secara pasti apakah hadis-hadis itu termasuk hadis Abi Isa al-Tirmidzi.
e)      Ignas Goldziher dengan mengutip pendapat al-Zahabi telah memuji kitab al-Jami’ Sahih dengan memberikan penjelasan bahwa kitab ini terdapat perubahan penetapan isnad hadis, meskipun tidak menyebabkan penjelasan secara rinci, tetapi hanya garis besarnya.
f)       Al-Hafidz Ibn al-Jauzi (w. 751 H) mengemukakan, bahwa dalam kitab al-Jami’ al-Sahih li al-Tirmidzi terdapat 30 hadis maudu’ (palsu), meskipun pada akhirnya pendapat tersebut dibantah oleh Jalaluddin al-Suyuti (w. 991 H) dengan mengemukakan, bahwa hadis yang dinilai palsu tersebut sebenarnya bukan palsu, sebagaimana yang terdapat dalam kitab Sahih Muslim yang telah dinilainya palsu, namun ternyata bukan palsu.[14]


E.     Kualitatif dan Kuantitatif Hadis
Kitab al-Tirmidzi banyak memuat hadis hasan, maka membuat kitab tersebut populer dengan kitab hadis hasan itu. Namun para ulama berbeda pendapat mengenai hadis hasan itu, termasuk guru-guru dan murid-murid al-Tirmidzi, karena al-Tirmidzi tidak definisi yang pasti, terlebih al-Tirmidzi menggabungkan dengan istilah yang beraneka ragam, seperti: hadis hasan sahih, hasan gharib dan hasan sahih bgharib. 
Imam al-Tirmidzi membagi hadis menjadi hadis sahih, hasan dan dhaif, yang sebelumnya adalah hadis sahih, dan dhaif. Mengenai pembagian tersebut, Imam Taqiyyudin Ibnu Taimiyyah menjelaskan bahwa:“Abu Isa al-Tirmidzi dikenal sebagai orang pertama yang membagi hadis menjadi sahih, hasan, dan dhaif, yang tidak diketahui oleh seorang pun tentang pembagiaan itu sebelumnya. Abu Isa telah menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan hadis hasan itu ialah hadis yang banyak jalannya, perawinya tidak dicurigai berdusta, dan tidak syadz.”[15]
            Dilihat dari segi kualitatif dan kuantitatif nilai hadis dari kitab al-Jami’ as-Sahih yang terdiri dari 5 juz, 2.376 bab, dan 3956 buah hadis itu sebagai berikut:[16]

Kriteria Hadis
Juz I
Juz 11
Juz 111
Juz 1V
Juz V
Total
1.      Sahih
31
20
31
34
42
138
2.      Hasan Sahih
113
191
389
278
458
1454
3.      Sahih Gharib
-
-
-
2
6
8
4.      Hasan Sahih Gharib
8
13
23
67
143
254
5.      Hasan
21
52
72
414
146
705
6.      Hasan Gharib
13
31
79
175
273
571
7.      Garib
10
26
48
158
170
412
8.      Dha’if
10
38
110
54
111
344
9.      Tidak dinilai dengan jelas
31
38
110
54
111
344
Total
273
379
769
122
1351
3956































BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan:
1.      Tirmidzi adalah seorang pakar hadis  konsisten dengan keilmuannya, sehingga mayoritas ulama menilai positif kepakaran al-Tirmizi dalam bidang hadis, kecuali Ibn hazm. Meski demikian,  pandangan Ibn hazm tidak mengurangi kapasitas intelektual dan kredibilitas al-Tirmizi.
2.      Salah satu spesifikasi kitab al-Tirmizi ini adalah adanya penjelasan tentang kualitas dan keadaan hadistnya.
3.      Melalui kitab ini juga al-Tirmizi memperkenalkan istilah hadis hasan, yang sebelumnya hanya dikenal hadis shohih dan dhoif.

B.     Penutup
Demikianlah makalah ini kami buat, kami sadar masih banyak kekurangan dalam penulisan maupun penyampaian dalam makalah ini.Oleh karena itu, kami butuh kritik dan saran dengan harapan kami dapat memperbaiki makalah selanjutnya.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.







C.     Daftar Pustaka

Abdurrahman, M. 2009. Studi Kitab Hadis. Yogyakarta: Press.
Al-Mubarakhfuri. Tanpa Tahun. Tuhfat, Juz I.
Smeera, Z.B. 2008. Ulumul Hadits Pengantar Studi Praktis. Malang UIN Malang: Preas.
Suparta, Munzier. 2003. Ilmu Hadis. Jakarta: PT. Grafindo Jaya.
Sutarmidi, Ahmad. 1998. Al-Tirmizi, Peranannya dalam Pengembangan Hadits dan Fiqh. Jakarta: Logos.
Syakir, Ahmad M,. 1937. Al-Jami’ al-Shahih Jilid I. Al-Qahirah: Al-Halabi.






[1] Abdurrahman, Studi Kitab Hadis 1 (Yogyakarta: TH Press 2009)hlm. 104
[2]Munzier Suparta, Ilmu Hadis, ( Jakarta, PT. Grafindo Jaya 2003)hlm. 246
[3]Ahmad Muhammad Syakir, al-Jami’ al-Shahih, jilid 1 (al-Qahirah: al-Halabi, 1937), 77
[4]Abdurrahman, Studi Kitab Hadis 1 (Yogyakarta: TH Press2009)hlm. 105
[5]Ibid, hal 106
[6]Zeid B. Smeera, Ulumul Hadits  Pengantar Studi Hadits Praktis (Malang: UIN Malang Preass 2008) hlm. 113
[7]Abdurrahman, Studi Kitab Hadis 1 (Yogyakarta: TH Press2009)hlm. 108
[8] Al-Mubarakhfuri,Tuhfat, juz I, 361
[9] Mahmud Abu Rayyah, Adwa’ ‘ala al-sunnah al-Muhammadiyah,25;Ajjaj al-Khatib, Usul al-Hadis,323
[10] Al-Tirmizi,Al-Jami’ al-Sahih,juz II,450
[11] Al-Mubarakfuri, Tuhfat, juz I, 362
[12] Ahmad Sutarmadi, Al-Imam al-Tirmizi, Perananya dalam pengenmabngan hadis dan Fiqh, (Jakarta:Logos,1998),218-221.
[13]Abdurrahman, Studi Kitab Hadis (Yogyakarta:Teras,2009), hlm. 122. Dalam buku Al-Mubarakfuri, Tuhfat, juz 1, hlm. 335.
[14] Abdurrahman, Studi Kitab Hadis (Yogyakarta:Teras, 2009), hlm. 123. Dalam buku Al-Mubarakfuri,  Tuhfat, juz II, hlm. 365; Muhammad Abu Syu’bah, Fi al-Ribah, hlm. 125.
[15]Abdurrahman, Studi Kitab Hadis  (Yogyakarta: Teras, 2003), hlm. 119. Dalam buku Al-Qasimi, Qawa’id al-Tahdis (Kairo: Al-Halabi ‘Isa al-Babi,1996),hlm.103
[16]Abdurrahman, Studi Kitab Hadis (Yogyakarta: Teras,2003), hlm.120.

Komentar

Postingan Populer