Hakekat al-Qur'an



HAKEKAT AL-QUR’AN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Al-Qur’an dan Hadits

Dosen Pengampu:
Ahmad Dahlan, Lc.

Description: LOGO UIN.png

Oleh    :
                                 Muhammad Radya Yudantiasa 15530095
Lia Luthfiana Thifani                15530111
Kunti Rahmatal Faidah           15530091


JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2015

KATA PENGANTAR

          Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat, karunia, serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang bertemakan tentang Hakekat Qur’an dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada Bapak Ahmad Dahlan, Lc selaku dosen mata kuliah Al-Qur’an dan Hadits yang telah banyak memberikan ilmu serta nasehat yang bermanfaat bagi kami.
            Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat berguna  dalam rangka menambah wawasan pengetahuan kami tentang Hakekat Qur’an. Kami juga menyadari bahwa banyak kekurangan dari makalah ini yang jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran, serta usulan demi perbaikan makalah yang kami buat untuk masa yang akan datang.
            Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membacannya. Kami memohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat dalam  makalah yang kami buat. Dan kami memohon kritik dan saran demi perbaikan pada diri kami untuk masa yang akan datang.




Yogyakarta, 3 Desember 2015


Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... 1      
KATA PENGANTAR..................................................................................... 2
DAFTAR ISI................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 5
A.    Definisi Al-Qur’an................................................................................ 5
B.     Pengertian Hadits Marfu’..................................................................... 8
C.     Perbedaan Al-Qur’an dengan Hadits Marfu’....................................... 9
D.    Pengertian Hadits Qudsi...................................................................... 9
E.     Perbedaan Al-Qur’an dengan Hadits qudsi......................................... 10
F.      Pengertian Nuzulul Qur’an................................................................... 11
G.    Tahap-tahap Turunya Al-Qur’an.......................................................... 12
H.    Hikmah diturunkan Al-Qur’an secara berangsur-angsur...................... 13
BAB III PENUTUP......................................................................................... 15
A.    Kesimpulan .......................................................................................... 15
B.     Penutup................................................................................................. 15
C.     Daftar Pustaka...................................................................................... 16










BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Al-Qur’an adalah kitab suci kaum muslimin dan menjadi sumber ajaran Islam yang pertama dan utama yang harus mereka imani dan aplikasikan dalam kehidupan mereka agar mereka memperoleh kebaikan di dunia dan di akhirat. Sebagai umat islam yang taat, sudah semestinya kita membaca serta mempelajari apa yang terkandung di dalam Al-Qur’an. Karena itu, tidaklah berlebihan jika selama ini kaum muslim tidak hanya mempelajari isi dan pesan-pesannya, tetapi juga telah berupaya semaksimal mungkin untuk menjaga keotentikannya.
Dalam mempelajari Al-Qur’an, ada beberapa hal penting yang perlu kita pelajari. Mulai dari dasar yaitu pengertian Al-Qur’an itu sendiri, kemudian perbedaannya dengan Hadits Marfu’ serta Hadits Qudsi, dan bagaimana sejarah turunnya Al-Qur’an. Dengan mempelajari beberapa hal tersebut semoga kita bisa memahami apa itu hakekat Al-Qur’an.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa definisi Al-Qur’an?
2.      Apa perbedaan Al-Qur’an dengan hadits Marfu’?
3.      Apa perbedaan Al-Qur’an dengan hadits Qudsi?
4.      Apa konsep nuzulul Qur’an?
C.    Tujuan
1.      Mengetahui definisi Al-Qur’an
2.      Mengetahui perbedaan Al-Qur’an dengan hadits Marfu’
3.      Mengetahui perbedaan Al-Qur’an dengan hadits Qudsi
4.      Mengetahui konsep Nuzulul Qur’an
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi Al-Qur’an
Beberapa definisi tentang Al-Qur’an telah dikemukakan oleh beberapa ulama dari berbagai keahlian dalam bidang bahasa, Ilmu Kalam, Ushul Fiqh dan sebagainya. Definisi-definisi itu sudah tentu berbeda antara satu dengan yang lain, karena stressing (penekanan)nya berbeda-beda, disebabkan keahlian mereka.
Sehubungan dengan itu, Dr. Subhi al-Salih merumuskan definisi Al-Qur’an yang dipandang sebagai definisi yang dapat diterima para ulama, terutama ahli bahasa, ahli Fiqh, dan ahli Usul Fiqh.
اْلقُرْآنُ هُوَ الْكِتَابُ الْمُعْجِزُ الْمُنَزَّلُ عَلَى النَّبِىِّ ص.م.الْمَكْتُوْبُ فِى الْمَصَاحِفِ الْمَنْقُوْلُ عَلَيْهِ بِالتَّوَاتُرِ الْمُتَعَبَّدُ بِتِلَاَوِتِهِ.
Al-Qur’an adalah firman Allah yang bersifat (berfungsi) mukjizat (sebagai bukti kebenaran atas kenabian Muhammad) yang diturunkan kepada nabi Muhammad, yang tertulis dalam mushaf-mushaf, yang dinukil (diriwayatkan) dengan jalan mutawattir, dan membacanya dipandang beribadah.”
Ada beberapa pendapat tentang asal kata Al-Qur’an. Di antaranya  :
a.       Al-Syafi’i, salah seorang imam madzhab yang terkenal (150-204 H) berpendapat, bahwa kata Al-Qur’an ditulis dan dibaca tanpa hamzah (Al-Quran, bukan Al-Qur’an) dan tidak diambil dari kata lain. Ia adalah nama yang khusus untuk kitab suci yang diberikan kepada Nabi Muhammad, sebagaimana nama Injil dan Taurat yang digunakan khusus untuk kitab-kitab Allah yang diberikan masing-masing kepada Nabi Isa dan Nabi Musa.
b.      Al-Farra’ seorang ahli bahasa yang terkenal, pengarang kitab Ma’anil Qur’an tidak menggunakan hamzah diambil dari kata qarain jamak qarinah, yang artinya indikator (petunjuk). Hal ini disebabkan sebagian ayat-ayat Al-Qur’an itu serupa satu dengan yang lain, maka seolah-olah sebagian ayat-ayatnya itu merupakan indikator dari yang dimaksud oleh ayat lain yang serupa itu.
c.       Al-Asy’ari seorang ahli ilmu kalam, pemuka aliran sunni (wafat 324 H) berpendapat, bahwa lafal Al-Qur’an tidak menggunakan hamzah dan diambil dari kata قَرَنَ  , yang artinya menggabungkan. Hal ini disebabkan surat-surat dan ayat-ayat Al-Qur’an itu dihimpun dan digabungkan dalam satu mushaf.
d.      Dr. Subhi al-Salih, pengarang kitab mabahits fi Ulumil Qur’an mengemukakan, bahwa pendapat yang paling kuat adalah lafal Al-Qur’an itu masdar dan sinonim (muradif) dengan lafal qira’ah, sebagaimana tersebut dalam al-qiyamah ayat 17-18:
¨bÎ) $uZøŠn=tã ¼çmyè÷Hsd ¼çmtR#uäöè%ur ÇÊÐÈ   #sŒÎ*sù çm»tRù&ts% ôìÎ7¨?$$sù ¼çmtR#uäöè% ÇÊÑÈ  
17. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.
18. apabila Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu.

Adapun nama-nama kitab suci Al-Qur’an yang sangat terkenal ialah :
a.       Al-Qur’an, dan nama ini dapat kita jumpai antara lain di dalam surat al-baqarah ayat 185:

ãöky­ tb$ŸÒtBu üÏ%©!$# tAÌRé& ÏmŠÏù ãb#uäöà)ø9$# Wèd Ĩ$¨Y=Ïj9 ;M»oYÉit/ur z`ÏiB 3yßgø9$# Èb$s%öàÿø9$#ur 4 `yJsù yÍky­ ãNä3YÏB tök¤9$# çmôJÝÁuŠù=sù ( `tBur tb$Ÿ2 $³ÒƒÍsD ÷rr& 4n?tã 9xÿy ×o£Ïèsù ô`ÏiB BQ$­ƒr& tyzé& 3 ߃̍ムª!$# ãNà6Î/ tó¡ãŠø9$# Ÿwur ߃̍ムãNà6Î/ uŽô£ãèø9$# (#qè=ÏJò6çGÏ9ur no£Ïèø9$# (#rçŽÉi9x6çGÏ9ur ©!$# 4n?tã $tB öNä31yyd öNà6¯=yès9ur šcrãä3ô±n@ ÇÊÑÎÈ  

“ (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”

b.      Al-Furqan, dan nama ini dapat kita jumpai antara lain di dalam surat al-Furqon ayat 1:

x8u$t6s? Ï%©!$# tA¨tR tb$s%öàÿø9$# 4n?tã ¾ÍnÏö6tã tbqä3uÏ9 šúüÏJn=»yèù=Ï9 #·ƒÉtR ÇÊÈ
“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar Dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.”

c.       Al-Kitab, dan nama ini dapat kita jumpai antara lain di dalam surat  al-Nahl ayat 89 :

tPöqtƒur ß]yèö7tR Îû Èe@ä. 7p¨Bé& #´Îgx© OÎgøŠn=tæ ô`ÏiB öNÍkŦàÿRr& ( $uZø¤Å_ur šÎ/ #´Íky­ 4n?tã ÏäIwàs¯»yd 4 $uZø9¨tRur šøn=tã |=»tGÅ3ø9$# $YZ»uö;Ï? Èe@ä3Ïj9 &äóÓx« Yèdur ZpyJômuur 3uŽô³ç0ur tûüÏJÎ=ó¡ßJù=Ï9 ÇÑÒÈ  
” (dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.”

B.     Pengertian Hadits Marfu’

Hadits marfu’ adalah hadits yang khusus disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW berupa perkataan, perbuatan, atau taqrir beliau baik yang menyandarkannya sahabat, tabi’in, atau yang lain baik sanad hadits itu bersambung atau terputus.
Berdasarkan definisi diatas hadits marfu’ itu ada yang sanadnya bersambung, adapula yang terputus. Dalam hadits marfu ini tidak dipersoalkan apakah ia memiliki sanad dan matan yang baik atau sebaliknya. Bila sanadnya bersambung maka dapat disifati hadits shahih atau hadits hasan, berdasarkan derajat kedhabitan dan keadilan perawi. Bila sanadnya terpuus hadits tersebut disifati dengan hadits dhaif mengikuti macam-macam putusnya perawi.
Dari definisi di atas hadits marfu’ dapat di bagi menjadi :
1.      Marfu’ Qouli (berupa ucapan)
2.      Marfu’ Fi’li (berupa perbuatan)
3.      Marfu’ Taqriri (berupa ketetapan)
4.      Marfu’ Washfi khuluqi (berupa informasi ttg akhlak Nabi)
5.      Marfu’ Washfi khilqi (berupa sifat jasmani)

C.    Perbedaan Al-Qur’an dengan hadits marfu’         :

Al-Qur’an
Hadits Marfu’
Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa dan maknanya dari Allah
Hadits diturunkan dengan maknanya saja dari Allah, sedangkan lafalnya dari Nabi
Al-Qur’an baik lafal maupun maknanya merupakan mukjizat
Hadits bukan merupakan mukjizat
Al-Qur’an tidak boleh diriwayatkan dengan maknanya saja, sebab dapat mengurangi atau menghilangkan mukjizat Al-Qur’an itu sendiri
Hadits boleh diriwayatkan dengan maksudnya saja, sebab yang terpenting dalam hadits adalah penyampaian maksudnya


D.    Pengertian Hadits Qudsi

Secara etimologi, kata qudsi dinisbahkan kepada kata quds (kesucian). Karena kata quds itu sendiri menunjukkan kebersihan dan kesucian secara bahasa. Maka kata taqdîs berarti mensucikan Allah. Taqdîs sama dengan tathhîr, dan taqaddasa sama dengan tathahhara (suci, bersih).[1] Seperti dalam firman Allah:
و نحن نسبّح بحمدك و نقدّس لك
dan kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan menyucikan diri kami karena Engkau”.[2]
Secara terminologi, hadits qudsi adalah satu hadits yang oleh Nabi Muhammad SAW disandarkan kepada Allah SWT. Maksudnya, Nabi meriwayatkannya dalam posisi bahwa yang disampaikannya adalah kalam Allah. Jadi, Nabi itu adalah orang yang meriwayatkan kalam Allah, tetapi redaksi lafadznya dari nabi sendiri.
E.     Perbedaan Al-Qur’an dengan Hadits qudsi
Al-Quran termasuk Kalamullah, namun terdapat perbedaan antara Al-Quran dan Hadits Qudsi. Beberapa perbedaannya di antaranya adalah
  1. Ketika seseorang membaca Hadits Qudsi hanya sekedar membaca, maka hal tesebut tidak dianggap sebagai ibadah kepada Allah Ta’ala. Berbeda dengan Al-Quran yang jika dibaca, maka setiap huruf akan diganjar pahala. Dan setiap hurufnya akan dibalas dengan 10 kebaikan.
  2. Allah Ta’ala menantang siapa saja yang mampu membuat tandingan semisal Al-Quran. Dan hal ini tidak dijumpai pada Hadits Qudsi.
  3. Al-Quran Allah sendiri yang menjaga keshahihannya dan keontetikannya. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “ Sesunggungnya Kami lah yang menurunkan Al-Quran, dan Kami pula yang akan menjaganya.” (QS: Al-Hijr: 9) Dan Hadits Qudsi berbeda dengan Al-Quran, boleh jadi Hadits Qudsi tersebut mempunyai derajat yang shahih, hasan, bahkan ada yang dha’if (lemah) dan maudhu’ (palsu). Di dalam Hadits Qudsi juga terdapat tambahan/pengurangan riwayat, dan tambahan/pengurangan riwayat tidak mungkin dijumpai dalam Al-Quran.
  4. Jika kita mengutip Al-Quran dalam bahasa Arab, maka kita tidak boleh mengutipnya hanya dengan makna. Jadi harus sesuai dengan apa yang ada di dalam mushaf. Hal ini merupakan ijma’ (kesepakatan) kaum muslimin. Sedangkan untuk Hadits Qudsi, maka boleh menukilnya dengan makna saja. Dan mayoritsa ‘ulama membolehkannya.
  5. Al-Quran disyari’atkan dibaca di dalama shalat, dan shalat tidak akan sah jika tanpa bacaan Al-Quran (misalnya surah Al-Fatihah). Dan hal ini berbeda dengan Hadits Qudsi.
  6. Mushaf Al-Quran tidak boleh disentuh kecuali oleh orang yang dalam keadaan suci (telah berwudhu’). Berbeda dengan Hadits Qudsi yang jika dikumpulkan menjadi suatu buku, maka boleh menyentuhnya meskipun dalam keadaan belum berwudhu’.
  7. Al-Quran tidak boleh dibaca seseorang yang sedang dalam keadaan junub (berhadats besar). Ia hanya boleh membacanya ketika telah mandi junub (mandi wajib), atas pendapat yang paling kuat. Dan hal ini berbeda dengan Hadits Qudsi.
  8. Al-Quran berasal dari periwatan yang sangat valid, pasti, dan diyakini kebenarannya. Siapa saja yang mengingkari 1 huruf saja di dalam Al-Quran, maka ia dihukumi kafir karena perbuatannya. Berbeda dengan Hadits Qudsi jika mengingkarinya karena menganggap hadits tersebut tidak shahih, maka tidak bisa dihukumi kafir. Namun hal ini bisa menjadi kafir apabila ia mengingkarinya dalam keadaan berilmu, kemudian mendustakannya, padahal itu shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.[3]

F.     Pengertian Nuzulul Qur’an

Lafadz  ‘Nuzul’ secara bahasa berarti ”menetap di satu tempat” atau “turun dari tempat yang tinggi”. Kata kerjanya adalah “nazala yang artinya “dia telah turun” atau “dia menjadi tetamu”. Pengertian Nuzulul Qur’an secara istilah adalah ”Peristiwa diturunkannya wahyu Allah SWT (AL-Qur’an) kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara Malaikat Jibril as secara bertahap”.
Peristiwa Nuzul al-Qur’an terjadi pada malam Jum’at, 17 Ramadhan, di Gua Hira tahun ke-41 dari kelahiran Nabi Muhammad SAW.[4] Peristiwa tersebut dikisahkan dalam sebuah firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat: 185, yang artinya sebaga berikut: “Ramadhan yang padanya diturunkan al-Qur’an, menjadi petunjuk bagi sekalian manusia, dan menjadi keterangan yang menjelaskan petunjuk dan menjelaskan perbedaan antara yang benar dan yang salah” (Surah al-Baqarah, ayat 185) .


G.    Tahap – tahap turunnya Al Qur’an.
Yang dimaksud dengan Tahap- tahap turunnya Al-Qur’an” ialah tertib dari fase- fase disampaikan kitab Suci Al-Qur’an, mulai dari sisi allah SWT hingga kepada nabi Muhammad SAW. Kitab Suci ini tidak seperti Kitab-Kitab Suci sebelumnya. Sebab, Kitab Suci ini kebanyakan diturunkan secara bertahap, sehingga betul -betul menunjukkan kemu’jizatannya. Disamping itu, penyampaian Kitab Suci tersebut sangat luar biasa, yang tidak dimiliki oleh kitab-kitab sebelumnya.
Tahap-tahap diturunkannya Al-Qur’an ada tiga fase atau tahapan, seperti yang akan dijelaskan berikut dengan dalil, cara-cara turun, dan hikmahnya :
a.    Tahap Pertama
Tahapan Pertama, Al-qur’an diturunkan / ditempatkan ke Lauh Mahfudh. Lauh Mahfudh Yakni, suatu tempat dimana manusia tidak bisa mengetahuinya secara  pasti. Dalil yang mengisyaratkan bahwa Al-qur’an itu ditempatkan di Lauh mahfudh itu ialah keterangan Firman Allah SWT:
Bahkan ( Yang didustakan mereka ) itu ialah al-Qur’an yang mulia yang tersimpan di lauh mahfudh.” ( QS. Al Buruj : 21 – 22 )
Tetapi mengenai sejak kapan Al-quran ditempatkan di Lauh mahfudh, dan bagaimana caranya adalah merupakan hal-hal ghaib tidak ada yang mampu  mengetahuinya selain Allah SWT.
b.   Tahapan Kedua
Tahapan kedua, Al-Qur’an turun dari Lauh Mahfudh ke Baitul izzah di Langit dunia. Jadi, setelah berada di Lauh Mahfudh, Kitab Al-Qur’an itu turun ke Baitul Izzah di Langit Dunia atau Langit terdekat dengan bumi ini. Banyak dalil yang menerangkan penurunan Al-Qur’an tahapan kedua ini, baik dari ayat Al-Qur’an ataupun dari Hadits Nabi Muhammad SAW, diantaranya sebagai berikut :
·  Sesungguhnya Kami menurunkan-Nya ( Al-qur’an ) pada suatu malam yang diberkahi. ( QS. Ad-Dukhon : 3 ).
·  Sesungguhnya Kami telah menurunkan-Nya ( Al-qur’an ) pada malam kemuliaan. ( QS. Al-Qadri : 1 ).
·  ( Beberapa hari itu ) ialah Bulan Ramadlan, bulan yang didalamnya diturunkan permulaan ) Al-Qur’an ”. ( QS. Al-Baqarah : 185 ).

c.  Tahapan Ketiga                                                      
Tahapan Ketiga, Al-Qur’an turun dari Baitul Izzah dilangit dunia langsung kepada Nabi Muhammad SAW. Artinya, baik melalui perantaraan Malaikat Jibril, atau pun secara langsung ke dalam hati sanubari Nabi Muhammad SAW, maupun dari balik tabir.
Dalilnya, ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits-hadits Nabi, antara lain :
·  Dan sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu ayat-ayat yang jelas.” ( QS. Al-Baqarah ; 99 ).
·  Dia-lah yang menurunkan Al-Qur’an kepadamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok isi Al-Qur’an, dan yang lain (ada ayat-ayat) yang mutasyabbihat.” ( QS. Ali Imran :7 ).
·  Ia ( Alquran ) itu dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin(Jibrl) ke dalam hatimu ( Muhammad ) agar kamu menjadi salah seorang diantara orang – orang yang memberi peringatan .” ( QS.Asy – Syu’ara :193 – 194).

H.    Hikmah diturunkan Al-Qur’an secara berangsur-angsur

1.      Untuk meneguhkan hati Nabi Muhammad dalam melaksanakan tugas sucinnya, sekalipun ia menghadapi contrains dan challanges (hambatan-hambatan dan rintangan-rintangan) yang beraneka macam.Demikian pula untuk menghibur Nabi ketika menghadapi kesulitan, kesedihan, atau perlawanan dari orang-orang kafir.
2.      Untuk memudahkan kita dalam meghafalkan serta mengamalkan Al-Qur’an
3.      Sebagai mukjizat dalam menghadapi tantangan orang-orang yang mendustakan Nabi.
4.      Untuk memberi kesempatan sebaik-baiknya kepada umat islam, agar meninggalkan sikap mental dan tradisi-tradisi pra-Islam (zaman jahiliyyah) yang negatif secara berangsur-angsur.






















BAB III
PENUTUPAN

A.    Kesimpulan

Nabi Muhammad SAW adalah rasul Allah yang diberi oleh-Nya mukjizat yang amat berguna bagi umat manusia, bahkan sampai zaman ini mukjizat tersebut, menjadi tuntunan bagi seluruh umat. Barang siapa yang mengamalkan ajaran yang terkandung di dalamnya pasti akan selamat di dunia maupun di akhirat dan barangsiapa yang melalaikan bahkan  tidak mau memahaminya niscaya akan celaka, mu’jizat itu tidak lain dan tidak bukan adalah Kitab Suci Al-Qur’an
Dengan pembahasan tersebut, kita dapat mengetahui bahwasannya Al-Qur’an merupakam kitab suci yang sangat luar biasa.Tidak ada satu orang pun di dunia ini yang dapat menandingi keotentikan Al-Qur’an. Karena Allah sendirilah yang menjaga kemurnian Al-Qur’an. Oleh karena itu, sebagai umat islam yang memahami tentang Al-qur’an sudah semestinya kita menjadi semakin mendekatkan diri kita kepada Allah SWT.Agar kita selalu diberi kemudahan dan keselamatan dalam menjalakan kehidupam baik di dunia maupun di akherat kelak.


B.     Penutup

Demikianlah makalah ini kami buat, kami sadar masih banyak kekurangan dalam penulisan maupun penyampaian dalam makalah ini.Oleh karena itu, kami butuh kritik dan saran dengan harapan kami dapat memperbaiki makalah selanjutnya.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.




C.    Daftar Pustaka

Al-Khatib, “Ajaj, M. Dr., Ushulul Hadits, Darul Fikr, Damsyik, 1975
Ash-Shalih, Subhi, Dr., Ulumul Hadits Wa Mushthalahuhu, Darul Ilmil Umayin, Bairut, 1981
Ash-Shiddiqy, Hasbi, M., Sejarah Dan Pengantar Ilmu Hadits, Bulan Bintang, Jakarta, 1954
Nata, Abuddin, Al qur’an dan hadits, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,1996),cet.5
Ash-shiddieqy, Hasbi,Ilmu Al qur’an dan Tafsir,(Semarang: Pustaka Rizki Putra,2009),cet.3
Ilyas, Yunahar, Kuliah Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Itqan Publishing), 2014.




[1] Syaikh Manna’ al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu al-Qur’an, terj. Aunur Rafiq    el-Mazni, cet. 1, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2006), Hal. 25.
[2] al-Qur’an, Surat al-Baqarah: 30.
[3] Ringkasan ini diambil dari kitab Al-Qaulul Mufid ‘alaa Kitabit Tauhid, karya Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin
[4] Ibrahim al-Abyari                                                       

Komentar

Postingan Populer