Hadis Tentang Teori Tujuh Lapisan Bumi
HADIS TENTANG TEORI TUJUH LAPIS BUMI
Disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah
Hadis Kealaman
Dosen Pengampu:
Bapak Achmad Dahlan, Lc.
Oleh:
Muhammad Radya Yudantiasa 15530095
Robbin Dayyan Yahuda 15530099
Mhd Tri Rahmadi 15530094
Muhammad Qasim 15530116
JURUSAN
ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS
USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UIN
SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2017
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Studi tentang Sains dari waktu ke waktu mengalami perkembangan. Hal
tersebut memang sebuah keniscayaan mengingat manusia selalu ingin mendapatkan
apa yang diinginkan. Maka dari itu, mereka selalu berusaha untuk menemukan
berbagi hal yang baru dan bermanfaat bagi yang lainnya. Salah satu contoh adalah
temuan mengenai lapisan-lapisan bumi. Semula,
para ilmuwan menyatakan pada awalnya hanya terdapat 3 lapisan bumi, kemudian
berkembang menjadi 5 lapisan bumi, dan yang terakhir dengan menggunakan alat
yang lebih mutakhir akhirnya ditemukan bahwa sebenarnya terdapat tujuh lapisan
bumi.
Hadis sebagai sumber hukum yang kedua bagi umat Islam sejak 14 abad yang
lalu ternyata telah memberikan indikasi mengenai adanya 7 lapisan bumi. Hal ini
merupakan suatu hal yang luar biasa
karena jelas saat itu belum di temukan bahkan berfikir tentang hal
demikian saja tidak. Maka dari itu, pada kesempatan kali ini kami akan membahas
hadis mengenai 7 lapisan bumi suoaya kita bisa melihat bagaimana korelasi
antara hadis tersebut dan teori ilmiah tentang 7 lapisan bumi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaiamana redaksi dan takhrij hadis tentang 7 lapisan bumi?
2. Bagaimana penjelasan hadis tentang 7 lapisan bumi?
3. Bagaimana penjelasan ilmiah hadis tentang 7 lapisan bumi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui redaksi dan takhrij hadis tentang 7 lapisan bumi
2. Untuk mengetahui penjelasan hadis tentang 7 lapisan bumi
3. Untuk mengetahui penjelasan ilmiah hadis tentang 7 lapisan bumi
BAB II
Pembahasan
A. Hadis
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ
أَخْبَرَنَا ابْنُ عُلَيَّةَ عَنْ عَلِيِّ بْنِ الْمُبَارَكِ حَدَّثَنَا يَحْيَى
بْنُ أَبِي كَثِيرٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ بْنِ الْحَارِثِ عَنْ أَبِي
سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ وَكَانَتْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أُنَاسٍ خُصُومَةٌ
فِي أَرْضٍ فَدَخَلَ عَلَى عَائِشَةَ فَذَكَرَ لَهَا ذَلِكَ فَقَالَتْ يَا أَبَا
سَلَمَةَ اجْتَنِبْ الْأَرْضَ فَإِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ ظَلَمَ قِيدَ شِبْرٍ طُوِّقَهُ مِنْ سَبْعِ أَرَضِينَ
Telah bercerita kepada kami 'Ali bin 'Abdullah
telah mengabarkan kepada kami Ibnu 'Ulayyah dari 'Ali bin Al Mubarak telah
bercerita kepada kami Yahya bin Abi Katsir dari Muhammad bin Ibrahim bin Al
Harits dari Abu Salamah bin 'Abdur Rahman; Telah terjadi pertengkaran antara
dirinya dan orang lain dalam perkara tanah lalu dia menemui 'Aisyah dan
menceritakan hal itu kepadanya, maka 'Aisyah radliallahu 'anhuma berkata:
"Wahai Abu Salamah hindarilah (berbuat aniaya) dalam urusan tanah karena
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda: "Siapa yang
pernah berbuat aniaya sejengkal saja (dalam perkara tanah) maka nanti dia akan
dibebani (dikalungkan pada lehernya) tanah dari tujuh bumi".
B. Takhrij Hadis
Rasulullah SAW Aisyah Abu Salamah bin Abdi ar-Rahman Muhammad bin Ibrahim al-harist Yahya binn Abi Katsir Ali bin Mubarak ibn Ulayyah
Ali bin Abdillah Imam
Bukhori
Berdasarkan hasil penulusuran menggunakan software
jawami’ kaleem 9.5, menggunakan kata kunci طُوِّقَهُ, menghasilkan hasil penelusuran hadis yang
setema yang terdapat 3 hadis di Shahih Bukhori yaitu hadis no. 2284, 2285, dan
2974. Kemudian terdapat 5 hadis di Shahih Muslim yaitu hadis no. 3028, 3029,
3030, 3032, dan 3033. Dan ada 1 hadis di dalam Sunan Tirmidzi yaitu no. 1334.
Dan dalam musnad Ahmad terdapat 17 hadis diantaranya no. 1564, 1569, 1574,
1575, 1577, 1584, dst.
C. Biografi Rawi dan Penilaian Para Ulama
1. Sayyidah ‘Aisyah[1]
Nama lengkap : ‘Aisyah bintu Abu Bakar
as-Sidhiq Ummul Mukminin
Kunyah
: Ummu ‘Abdullah
Kalangan
: Sahabat
Wafat
: 58 H
Guru-guru
: Rasulullah SAW, Umar bin Khattab, Abu Bakar as-Shiddiq
Murid-murid
: Abu Salamah bin Abdurrahman bin’Auf
Jarh wa Ta’dil
: -
2. Abu Salamah[2]
Nama lengkap : Abu Salamah bin Abdurrahman bin
‘Auf
Kunyah
: Abu Salamah
Kalangan
: Tabi’in tengah
Wafat
: 94H
Guru-guru
: Aisyah bin Abu Bakar
Murid-murid
: Muhammad bin Ibrahim al-Harist
Jarh wa Ta’dil : Muhammad
bin Said menyebutkan bahwa ia merupakan penduduk Madinah, termasuk orang yang
Tsiqah, Faqih, dan memliki banyak Hadis. Abu Zur’ah mengatakan bahwa ia adalah
seorang Imam yang Tsiqah.
3. Muhammad bin Ibrahim al-harist[3]
Nama lengkap : Muhammad bin Ibrahim al-harist bin Khalid bin Shakhra bin ‘Amir
bin Ka’ab bin Sa’ad bin taimin bin Murrah al-Quraisy al-Taimiy
Kunyah
: Abu ‘Abdullah
Kalangan
: Tabi’in biasa
Wafat
: 120 H
Guru-guru
: Abu Salamah bin Abdurrahman bin’Auf
Murid-murid
: Yahya bin Abi Katsir
Jarh wa Ta’dil : Yahya
bin Ma’in, An-Nasai, Abu Hatim mengatakan Bahwa ia adalah orang yang Tsiqah.
Muhammad bin Sa’ad mengatakan bahwa ia adalahh orang yang Tsiqah dan punya
banyak hadis.
4. Yahya binn Abi Katsir[4]
Nama lengkap : Yahya bin Abi Katsir at-Thaiy
Kunyah
: Abu Nashr
Kalangan
: Tabi’in biasa
Wafat
: 132 H
Guru-guru
: Muhammad bin Ibrahim al-Harist
Murid-murid
: Ali bin Mubarak
Jarh wa Ta’dil : Abdullah
bin Ahmad bin Hanbal mengatakan bahwa ia merupakan orang yang paling Tsabat.al-‘Ijli
mengatakan bahwa ia Tsiqah. Abu Hatim mengatakan bahwa ia adalah orang yang
Tsiqah.
5. Ali bin Mubarak[5]
Nama lengkap : Ali bin Mubarak al-Hunaiy al-Bashriy
Kunyah
: -
Kalangan
: Tabiut Tabi’in kalangan tua
Wafat
: -
Guru-guru
: Rasulullah SAW, Umar bin Khattab, Abu Bakar as-Shiddiq
Murid-murid : Abu Salamah bin
Abdurrahman bin’Auf
Jarh wa Ta’dil : Shalih
Ahmad bin hanbal mengatakan bahwa ia orang yang Tsiqah, Ibnu Hibbban: Dhabit
Mutqin, An-Nasai: la ba’sa bihi.
6. Ibn Ulayyah[6]
Nama lengkap : Ismail bin Ibrahim bin Miqsam
al-Asadiy
Kunyah
: Abu Bisyr
Kalangan
: Tabiut Tabi’in pertengahan
Wafat
: 193 H
Guru-guru
: Ali bin Mubarak
Murid-murid
: Ali bin Abdillah
Jarh wa Ta’dil : Abdullah
bin Ahmad bin Hanbal : puncak Tsubut yang paling tinggi, An-Nasa’i: Tiqah
Tsabat, Ahmad bin Muhammad bin Qasim bin Muhraz: Tsiqah Makmun, Shadiqan.
7. Ali bin Abdillah[7]
Nama lengkap : Ali bin Abdillah bin Ja’far bin
Najih as-Sa’di
Kunyah
: Abu al-Hasan
Kalangan
: Tabiul Atba’ kalangan tua
Wafat
: 234 H
Guru-guru
: Ibn Ulayyah
Murid-murid
: Bukhori
Jarh wa Ta’dil : disebutkan
dalam as-Tsiqat Ibnu Hibban, An=Nasai: Tsiqah Ma’mun, Ibn Hajar: Tsiqah Tsabat
Dari pemaparan di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa sanad hadis ini sudah memenuhi syarat keshahihan sanad.
Artinya, segala aspek dari ketersambungan sanad (ittishal al-sanad),
para perawi bersifat adil, para perawi bersifat dhabit, tidak ber-‘illat, dan
tidak Syadz. Maka hadis yang di teliti
kali ini memiliki derajat yang shahih karena telah memenuhi
kriteria/syart-syarat hadis shohih.
D. Kata Asing
E.
Syarah Hadis
2453 - حَدَّثَنَا أَبُو
مَعْمَرٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الوَارِثِ، حَدَّثَنَا حُسَيْنٌ، عَنْ يَحْيَى بْنِ
أَبِي كَثِيرٍ، قَالَ: حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، أَنَّ أَبَا
سَلَمَةَ، حَدَّثَهُ أَنَّهُ، كَانَتْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أُنَاسٍ خُصُومَةٌ
فَذَكَرَ لِعَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، فَقَالَتْ: يَا أَبَا سَلَمَةَ
اجْتَنِبِ الأَرْضَ، فَإِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
«مَنْ ظَلَمَ قِيدَ شِبْرٍ مِنَ الأَرْضِ طُوِّقَهُ مِنْ سَبْعِ أَرَضِينَ»
التَّطْوِيقُ تَطْوِيقَ الْإِثْمِ وَالْمُرَادُ بِهِ أَنَّ الظُّلْمَ
الْمَذْكُورَ لَازِمٌ لَهُ فِي عُنُقِهِ لُزُومَ الْإِثْمِ وَمِنْهُ قَوْلُهُ
تَعَالَى أَلْزَمْنَاهُ طَائِرَهُ فِي عُنُقِهِ وَبِالْوَجْهِ الْأَوَّلِ جَزَمَ
أَبُو الْفَتْحِ الْقُشَيْرِيُّ وَصَحَّحَهُ الْبَغَوِيُّ وَيُحْتَمَلُ أَنْ
تَتَنَوَّعَ هَذِهِ الصِّفَاتُ لِصَاحِبِ هَذِهِ الْجِنَايَةِ أَوْ تَنْقَسِمَ
أَصْحَابُ هَذِهِ الْجِنَايَةِ فَيُعَذَّبُ بَعْضُهُمْ بِهَذَا وَبَعْضُهُمْ
بِهَذَا بِحَسَبِ قُوَّةِ الْمفْسدَة وضعفها وَقد روى بن أَبِي شَيْبَةَ
بِإِسْنَادٍ حَسَنٍ مِنْ حَدِيثِ أَبِي مَالِكٍ الْأَشْعَرِيِّ أَعْظَمُ
الْغُلُولِ عِنْدَ اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ذِرَاعُ أَرْضٍ يَسْرِقُهُ رَجُلٌ
فَيُطَوَّقُهُ مِنْ سَبْعِ أَرَضِينَ وَفِي الْحَدِيثِ تَحْرِيمُ الظُّلْمِ
وَالْغَصْبِ وَتَغْلِيظُ عُقُوبَتِهِ وَإِمْكَانُ غَصْبِ الْأَرْضِ وَأَنَّهُ مِنَ
الْكَبَائِرِ قَالَهُ الْقُرْطُبِيُّ وَكَأَنَّهُ فَرَّعَهُ عَلَى أَنَّ
الْكَبِيرَةَ مَا وَرَدَ فِيهِ وَعِيدٌ شَدِيدٌ وَأَنَّ مَنْ مَلَكَ أَرْضًا
مَلَكَ أَسْفَلَهَا إِلَى مُنْتَهَى الْأَرْضِ وَلَهُ أَنْ يَمْنَعَ مَنْ حَفَرَ
تَحْتَهَا سَرَبًا أَوْ بِئْرًا بِغَيْرِ رِضَاهُ وَفِيهِ أَنَّ مَنْ مَلَكَ
ظَاهِرَ الْأَرْضِ مَلَكَ بَاطِنَهَا بِمَا فِيهِ مِنْ حِجَارَةٍ ثَابِتَةٍ
وَأَبْنِيَةٍ وَمَعَادِنَ وَغَيْرِ ذَلِكَ وَأَنَّ لَهُ أَنْ يَنْزِلَ بِالْحَفْرِ
مَا شَاءَ مَا لَمْ يَضُرَّ بِمَنْ يُجَاوِرُهُ وَفِيهِ أَنَّ الْأَرَضِينَ
السَّبْعَ مُتَرَاكِمَةٌ لَمْ يُفْتَقْ بَعْضُهَا مِنْ بَعْضٍ لِأَنَّهَا لَوْ
فُتِقَتْ لَاكْتُفِيَ فِي حَقِّ هَذَا الْغَاصِبِ بِتَطْوِيقِ الَّتِي غَصَبَهَا
لِانْفِصَالِهَا عَمَّا تَحْتَهَا أَشَارَ إِلَى ذَلِكَ الدَّاوُدِيُّ وَفِيهِ أَن
الْأَرْضين السَّبع طباق كالسموات وَهُوَ ظَاهِرُ قَوْلِهِ تَعَالَى وَمِنَ
الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ خِلَافًا لِمَنْ قَالَ إِنَّ الْمُرَادَ بِقَوْلِهِ سَبْعُ
أَرَضِينَ سَبْعَةُ أَقَالِيمَ لِأَنَّهُ لَوْ كَانَ كَذَلِكَ لَمْ يُطَوَّقِ
الْغَاصِبُ شِبْرًا مِنْ إِقْلِيمٍ آخَرَ قَالَه بن التِّينِ وَهُوَ وَالَّذِي
قَبْلَهُ مَبْنِيٌّ عَلَى أَنَّ الْعُقُوبَةَ مُتَعَلِّقَةٌ بِمَا كَانَ
بِسَبَبِهَا وَإِلَّا مَعَ قَطْعِ النَّظَرِ عَنْ ذَلِكَ لَا تَلَازُمَ بَيْنَ مَا
ذَكَرُوهُ تَنْبِيهٌ أَرْوَى بِفَتْحِ الْهَمْزَةِ وَسُكُونِ الرَّاءِ وَالْقَصْرِ
بِاسْمِ الْحَيَوَانِ الْوَحْشِيِّ الْمَشْهُورِ وَفِي الْمَثَلِ يَقُولُونَ إِذَا
دَعَوْا كَعَمَى الْأَرْوَى قَالَ الزُّبَيْرُ فِي رِوَايَتِهِ كَانَ أَهْلُ
الْمَدِينَةِ إِذَا دَعَوْا قَالُوا أَعْمَاهُ اللَّهُ كَعَمَى أَرْوَى يُرِيدُونَ
هَذِهِ الْقِصَّةَ قَالَ ثُمَّ طَالَ الْعَهْدُ فَصَارَ أَهْلُ الْجَهْلِ
يَقُولُونَ كَعَمَى الْأَرْوَى يُرِيدُونَ الْوَحْشَ الَّذِي بِالْجَبَلِ
وَيَظُنُّونَهُ أَعْمَى شَدِيدَ الْعَمَى وَلَيْسَ كَذَلِكَ
[2453] قَوْلُهُ حَدَّثَنَا
حُسَيْنٌ هُوَ الْمُعَلِّمُ وَمُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ هُوَ التَّيْمِيُّ
وَأَبُو سَلَمَةَ هُوَ بن عَبْدِ الرَّحْمَنِ وَفِي هَذَا الْإِسْنَادِ مَا
يُشْعِرُ بِقِلَّةِ تَدْلِيسِ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ لِأَنَّهُ سَمِعَ
الْكَثِيرَ مِنْ أَبِي سَلَمَةَ وَحَدَّثَ عَنْهُ هُنَا بِوَاسِطَةِ مُحَمَّدِ
بْنِ إِبْرَاهِيمَ قَوْلُهُ وَبَيْنَ أُنَاسٍ خُصُومَةٌ لَمْ أَقِفْ عَلَى
أَسْمَائِهِمْ وَوَقَعَ لِمُسْلِمٍ مِنْ طَرِيقِ حَرْبِ بْنِ شَدَّادٍ عَنْ
يَحْيَى بِلَفْظِ وَكَانَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ قَوْمِهِ خُصُومَةٌ فِي أَرْضٍ
فَفِيهِ نَوْعُ تَعْيِينٍ لِلْخُصُومِ وَتَعْيِينُ الْمُتَخَاصَمِ فِيهِ قَوْلُهُ
فَذَكَرَ لِعَائِشَةَ حَذَفَ الْمَفْعُولَ وَسَيَأْتِي فِي بَدْءِ الْخَلْقِ مِنْ
وَجْهٍ آخَرَ بِلَفْظِ فَدَخَلَ عَلَى عَائِشَةَ فَذَكَرَ لَهَا ذَلِكَ
F. Penjelasan Sains
Jika dilihat dari redaksi hadits
(tekstual), maka terdapat dua kata kunci yaitu: pertama, hadits tersebut secara
umum melarang segala bentuk kezaliman, dan lebih spesifik lagi tindakan
menyerobot tanah milik orang lain. Kedua, banyak juga yang menyorot hadits ini
dan kemudian dihubungkan dengan keadaan lapisan bumi yang menyatakan adanya 7
(tujuh) lapisan yang dimiliki bumi.
Sebenarnya banyak sekali ayat
Al-Qur’an dan hadits yang jelas melarang tindak kedzaliman. Namun, hadits
diatas lebih spesifik kepada larangan menyerobot tanah milik orang lain tanpa
mekanisme yang benar. Disamping hal itu, hadits diatas juga mengisyaratkan
adanya 7 (tujuh) lapis bumi. Hamun dari segi lain ternyata hadits ini masih
menimbulkan berbagai perbedaan terutama tentang adanya 7 (tujuh) lapis bumi itu
sendiri.
Pada dasarya memang hadits ini
menceritakan kisah tentang persengketaan tanah antara Syahban dengan seseorang
dan kemudian dia menemui Aisyah dan menceritakan permasalahan yang terjadi.
Aisyah ra. Berkata: “Wahai Abu Salamah, jauhilah permasalahan tanah, karena
Rasulullah bersabda: “Barang siapa berbuat kedzaliman (menyerobot tanah orang lain
meski haknya) sebagas satu jengkal saja, maka ia akan dikalungkan kepadanya
dari tujuh lapis bumi.”
Salah satu informasi tentang bumi
yang diberikan al-Qur’an adalah keserupaannya dengan aspek tujuh lapis langit:
QS. At Thalaq ( 65 ) : 12
ٱللَّهُ
ٱلَّذِي خَلَقَ سَبۡعَ سَمَٰوَٰتٖ وَمِنَ ٱلۡأَرۡضِ مِثۡلَهُنَّۖ يَتَنَزَّلُ ٱلۡأَمۡرُ
بَيۡنَهُنَّ لِتَعۡلَمُوٓاْ أَنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ وَأَنَّ ٱللَّهَ
قَدۡ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيۡءٍ عِلۡمَۢا ١٢
12. Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi.
Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi
segala sesuatu
Sumber-sumber ilmiah membenarkan
informasi dalam ayat tersebut dengan mnjelaskan bahwa bumi terdiri atas tujuh lapis yang diidentifikasikan ilmuwan
sebagai berikut :
1.
Lapisan
pertama: Litosfer ( air )
2.
Lapisan
kedua: Litosfer ( daratan )
3.
Lapisan
ketiga: Astenosfer
4.
Lapisan
keempat: Mantel atas
5.
Lapisan
kelima: Mantel bawah
6.
Lapisan
keenam : inti luar
7.
Lapisan
ketujuh: inti dalam
Kata ”
Litosfer “ berasal dari kata lithos dalam bahasa Yunani yang berarti
‘ batu ‘. Litosfer merupakan lapisan keras dan dingin yang membentuk kulit bumi. Lapisan
ini sangat tipis dibandingkan lapisan lain. Litosfer di dasar laut lebih tipis
lagi dan merupakan daerah yang memiliki aktifitas vulkanik. Ketebalan rata-rata
adalah 80 km.
Dibawah
litosfer adalah lapisan yang disebut astenosfer. Astenosfer berasal dari
kata asthenes dalam bahasa Yunani yang berarti ‘lemah’. Lapisan
ini lebih tipis daripada litosfer dan dapat bergeser. Lapisan ini dibentuk dari
material yang panas dan semi-padat yang dapat mencair ketika terekspos
temperatur dan tekanan tinggi sepanjang periode waktu geologis.[9]
Dibawah lapisan
ini adalah lapisan bertemperatur tinggi dengan ketebalan sekitar 2.900 km yang
disebut sebagai mantel. Lapisan ini terbentuk dari batuan semi-padat dan mengandung lebih banyak
besi, magnesium, dan kalsium dibandingkan lapisan kerak dan juga lebih panas
dan kerap karena temperatur dan kekerapan bumi bertambah seiring dengan
kedalaman.
Di pusat bumi
adalah intinya yang diperkirakan dua kali lebih kerap daripada lapisan mantel.
Penyebab kekerapan ini adalah kandungan logam ( campuran besi dan nikel ) yang
lebih tinggi dibandingkan batuan. Inti bumi terdiri atas dua lapisan. Pertama
adalah inti-luar yang cair dengan ketebalan 2.200 km. Berikutnya adalah inti-dalam
yang padat dengan ketebalan 1.250 km. Inti luar cair merupakan sumber medan
magnet ketika bumi berotasi.[10]
Dalam QS. Fushilat ( 41 ) : 11-12, Allah SWT sedang
membicarakan proses penciptaan langit atmosfer di planet bumi. Ayat itu adalah
kelanjutan dari ayat sebelumnya yang masih membicarakan bumi ( QS. Fusshilat (
42 ) : 9-10 ).[11]
Penjabaran pemahaman terhadap ayat-ayat tersebut ternyata sesuai dan tepat
dengan penjelasan sains modern. Genesis planet bumi berurutan dari pembentukan
pola pijar bumi, hamparan lapisan atas membeku menjadi kerak tipis, dan
pemunculan gunung berapi yang terbentuk sebagai lubang-lubang penyalur gas dan
temperatur bumi. Kemudian, mulailah pembentukan daratan, lautan tak bertepi,
hingga benua-benua kecil dengan aktivitas gunung berapinya yang dikelilingi
lautan. Setelah proses ini, baru kemudian atmosfer terbentuk.[12]
Versi sains (
geologi, data palaentologi, sedimentologi, dan lain-lain ) menyatakan bahwa
kehidupan makhluk multiseluler telah dimulai sejak kurang lebih 543 juta tahun
lalu ( Paleozoikum: Kambrium ). Ledakan kambrium adalah hadirnya
kehidupan dengan tiba-tiba seperti telah dijelaskan di awal. Ahli geologi dan
palaentologi di dunia hingga sekarang tidak mengerti dari mana asal
makhluk-makhluk tersebut yang jelas-jelas tidak mengalami evolusi dari
kehidupan sebelumnya ( karena tidak ada kehidupan multiseluler sebelumnya ).
Adanya selisih perhitungan 27 juta tahun masih dapat ditoleransi karena masih
dalam kurun waktu yang sama, yaitu era palezoikum.[13]
Jadi
berdasarkan berdasarkan analisis al-Qur’an dan data sains, akan mendapatkan
perhitungan bahwa:
·
Pada
kurun waktu kurang lebih 2,28 miliar tahun lalu, tujuh langit atmosfer planet
bumi terbentuk.
·
Planet
bumi membutuhkan kurang lebih 1,14 miliar tahun untuk membentuk langit
atmosfernya, sejak adanya kehidupan bersel tunggal pada kurang lebih 3,5 miliar
tahun lalu.
·
Kehidupan
kompleks ( makhluk multiseluler ) di planet bumi dimulai pada saat kurang lebih
570 juta tahun lalu, yang disebut “ ledakan kehidupan Kambrium “.[14]
Selanjutnya
dapat ditelaah juga pada ayat berikut ini :
QS.
Al Anbiya’ ( 21 ) : 32.
Dari
ayat tersebut, ditambah ayat-ayat sebelumnya, dapat diperoleh pemahaman sebagai
berikut. Setelah bumi dihujani komet yang membawa kristal-kristal es dan
dipenuhi gas hasil aktivitas gunung berapi, tujuh lapisan atmosfer bumi yang “
terpelihara “ terbentuk dari bawah keatas : Troposphere, Stratosphere,
Ozonosphere, Mesosphere, Ionosphere, Exosphere, dan Magnetosphere.
Lapisan
langit atmosfer tersebut mempunyai tugasnya masing-masing, yaitu untuk:
1.
Melindungi
bumi dari dinginnya ruang angkasa ( -270 derajat C )
2.
Melindiungi
bumi dari hantaman benda-benda asing dan sinar kosmis yang membahayakan dan
mematikan bagi kehidupan makhluknya,
3.
Melindungi
bumi dari badai magnetik akibat ledakan di matahari, dan lain-lainnya.[15]
BAB III
Kesimpulan
Berdasarkan data yang kami peroleh
mengenai hadis tentang tujuh lapis bumi, bahwa hadis tersebut terdapat tiga
hadis riwayat Bukhori, lima hadis riwayat Muslim, satu hadis riwayat Tirmidzi,
tujuh belas hadis riwayat Ahmad. Dan jumlah keseluruhannya adalah terdapat dua
puluh enam hadis yang terdapat pada kutub al-sittah. Hadis yang kami teliti adalah
hadis riwayat Bukhari dan status dari hadis tersebut adalah shahih karena telah
memenuhi syarat hadis shohih.
Pada
dasarnya hadis tersebut berbicara mengenai hukum yaitu tentang urusan tanah. Redaksinya
adalah barang yang berbuat aniaya/ mengambil sejengkal tanah maka akan
dihujamkan tanah dari tujuh bumi. Dan yang menjadi fokus kajian kali ini adalah
tentang tujuh bumi yang ternyata terdapat korelasi pada Ilmu sains khususnya
geografi. Tujuh bumi yang dimaksud disana ialah tujuh lapis bumi yaitu:
1.
Lapisan pertama: Litosfer ( air )
2.
Lapisan
kedua: Litosfer ( daratan )
3.
Lapisan
ketiga: Astenosfer
4.
Lapisan
keempat: Mantel atas
5.
Lapisan
kelima: Mantel bawah
6.
Lapisan
keenam : inti luar
7.
Lapisan
ketujuh: inti dalam
Penemuan tentang tujuh lapisan bumi tersebut memberikan
isyarat akan kebenaran akan apa yang disampaikan Rasulullah. Jadi dapat kita
simpulkan bahwa tujuh bumi yang dimaksud dari hadis tersebut adalah tujuh
lapisan bumi. Dan hadis ini sesuai dengan temuan Sains modern dan hal ini sudah
merupakan fakta ilmiah. Akan tetapi, terkait dengan pemahaman hadis tersebut
tentang barang siapa yang mengambil sejengkal tanah akan dihujamkan tujuh bumi
kami belum bisa memastikan apakah makna “dihujamkan/dibebani” itu merupakan makna haqiqi atau makna majazi.
Daftar Pustaka
Al-Mizzi, Al-Hafid. Tahdzib al-Kamal,
1994 . Beirut: Dar al-Fikr.
Software Jawami’ Kaleem 9.5
Software Maktabah Syamilah
Sudarmojo , Agus H. , 2013. Menyingkap Keajaiban Bumi dalam Al-Qur’an.
Yogyakarta: PT Bentang Pustaka.
Yahya, Harun. 2008. Keajaiban Al-Qur’an. Bandung: Arkan
Publishing.
[2]
Al-Hafidz al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal, juz. 33,
hlm. 370
[3]
Al-Hafidz al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal, juz. 24,
hlm. 300
[4]
Al-Hafidz al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal, juz. 31,
hlm. 507
[5]
Al-Hafidz al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal, juz. 21,
hlm. 111
[6]
Al-Hafidz al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal, juz. 03,
hlm. 23
[7]
Al-Hafidz al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal, juz. 21,
hlm. 5-35
[8]
Software Maktabah Syamilah, Fathul al-Bari, jilid 5, hlm. 105
[11] Agus Haryo
Sudarmojo, Menyingkap Keajaiban Bumi dalam Al-Qur’an. (
Yogyakarta: PT Bentang Pustaka, 2013 ). Hlm, 148
[12]
Agus Haryo
Sudarmojo, Menyingkap Keajaiban Bumi dalam Al-Qur’an., hlm. 148
[14] Agus Haryo
Sudarmojo, Menyingkap Keajaiban Bumi dalam Al-Qur’an.hlm. 151
[15]
Agus Haryo
Sudarmojo, Menyingkap Keajaiban Bumi dalam Al-Qur’an.( Yogyakarta: PT Bentang
Pustaka, 2013 ). Hlm,151-152
Komentar
Posting Komentar